Salah satu karakter orang yang bertakwa adalah dia selalu berinfak kapan saja dan dalam keadaan apa saja. Karenanya, seorang muttaqin (bertakwa) adalah orang yang akrab dengan rakyat kecil.
Ramadhan seyogianya menjadikan Muslim akrab dengan semua orang. Dengan acara buka bersama, ia menjadi akrab dengan sesamanya.
Ramadhan pun dapat memupuk dan memperkokoh semangat ukhuwah Islamiyah, baik sesama Muslim maupun dengan saudara non-Muslim. Itulah antara lain tujuan disyariatkannya ibadah pada Ramadhan.
Namun, kenyataannya bertolak belakang. Perilaku oknum orang kaya, justru menjadikan orang miskin mati terinjak-injak. Sesama Muslim selalu berbeda pendapat dalam menetapkan awal dan akhir Ramadhan.
Suatu hal yang terkadang sampai kepada sikap saling memusuhi dan mengafirkan. Akhirnya, Ramadhan tidak membawa berkah dan rahmat, tetapi mendatangkan musibah dan laknat.
Mengapa terjadi? Karena kita dalam menyambut Ramadhan, mengawali dan mengakhirinya, serta mengisi ibadah Ramadhan tanpa mengikuti tuntunan dan atau contoh dari Rasulullah SAW. Kita lebih senang mengikuti selera, alias hawa nafsu.
Coba perhatikan pemberitaan media massa. Umat Islam cenderung menyambut Ramadhan dengan seremonial yang bisa membawa kemaksiatan.
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya, dalam menetapkan 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 1 Dzulhijah adalah dengan dua cara, yaitu melihat bulan dan (apabila bulan tidak terlihat) menggenapkan bulan yang sedang berjalan menjadi 30 hari.
Kenyataannya, umat Islam Indonesia menetapkan 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 1 Dzulhijah itu dengan sembilan metode. Dan tentu saja, tujuh dari sembilan metode itu menyimpang dari tuntunan Rasulullah SAW.
Karenanya, para ulama papan atas, seperti Imam Ibnu Taimiyah dan Syekh Bin Baz menyatakan, orang yang berpegang dengan selain rukyat (melihat bulan) dan ikmal (menggenapkan bulan) dalam menetapkan satu Ramadhan itu jauh dari nilai-nilai Islam.
Ramadhan memang selalu dinanti setiap tahun. Sayangnya, kesucian Ramadhan telah kita nodai dengan sesuatu yang menyimpang. Ramadhan dicintai, tapi juga dikhianati. Ramadhan dirindukan, tetapi ditinggalkan.
Karena itu, untuk mendapatkan keberkahan dan rahmat dalam bulan Ramadhan, tidak ada cara lain bagi umat Islam dalam menyambut, menetapkan, dan mengisi ibadah Ramadhan, kecuali dengan mengikuti tuntunan dan atau mengikuti ajaran yang telah disampaikan Rasulullah SAW.
Apabila tidak demikian, Ramadhan tidak akan membawa berkah dan rahmat, tetapi justru mendatangkan musibah dan laknat. Wallahu a’lam.
Oleh:
Prof KH Ali Mustafa Yaqub
Prof KH Ali Mustafa Yaqub
Tidak ada komentar:
Posting Komentar