1 / 3
belajar satu
2 / 3
belajar 2
3 / 3
Caption Three

Selasa, 09 Juni 2015

Kultum Subuh, Masjid Boarding School, Man 2 Wates

            
Jum’at, 18 Juli 2014
Kultum Subuh, Masjid Boarding School, Man 2 Wates
Alhamdulillah, wa syukurillah, wa sholatu’ala asrofil anbiyaa ilal mursalin wa’ala alihi wasohbihi ajma’in, amma ba’du.
Yang Pertama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kita dapat berkumpul bersama menjalankan sholat subuh secara berjama’ah.
Jamaah Sholat Subuh yang saya hormati,
Sholawat serta salam kita selalu junjungkan kepada nabi Muhammad SAW yang kita tunggu-tunggu syafaatnya di yaumul kiyamah nanti. Amin Ya Rabbal ‘Alamin
Jamaah shlat dzuhur yang saya hormati, 
            Pada kesempatan ini saya mengajak bapak-ibu untuk mengingatkan kembali pentingnya malam lailatul qadar. Dan saya disini mengawalinya dengan sebuah cerita dari kisah Rasulullah saw.
            Suatu ketika rasulullah saw sedang menjalankan shalat malam di bulan ramadhan. Dan melihat rasulullah saw sedang menjalankan shalat para sahabat kemudian ikut menjalankan shalat bersama rasulullah saw. Mereka menjalankan shalat secara khusuk. Kemudian hujan turun dari langit mengguyur mereka. Namun rasulullah saw tetap menjalankan shalatnya dengan khusuk. Walaupun dingin menyelimuti mereka, tetap mereka khusuk menjalankan shalat.
            Setelah hujan reda alangkah ajaibnya alam ini, turun ribuan cahaya dari langit, dan cahaya tersebut adalah malaikat yang diutus oleh Allah untuk memberikan rizki dan kenikmatan kepada orang-orang yang mau bertafakur pada malam lailatul qadar. Begitu isstimewanya malam lailatul qadr, maka apa sih sebenarnya malam lailatul qadr?
            Bahwasanya dalam surat al-Qadr ayat 1-5, malam lailatul qadr adalah malam seribu bulan.  Banyak pendapat mengenai malam seribu bulan. Salah satu ulama berpendapat bahwa malam seribu bulan adalah malam dimana seseorang dalam melakukan pekerjaan akan dilipat gandakan menjadi seribu kali. Jadi jika seseorang melakukan perbuatan baik akan dilipatgandakan pahalanya menjadi seribu kali. Sedangkan jika melakukan perbuatan buruk, akan mendapat dosa yang dilipatgandakan sebanyak seribu kali.
            Sedangkan pendapat ulama lain, malam lailatul qadr adalah malam malaikat turun dari langit yang membawakan rezeki berupa kenikmatan, keindahan, kebajikan yang akan diberikan kepada orang-orang yang mau bertafakkur.
            Apa sih itu tafakkur? Tafakkur adalah bahwa seseorang mau berfikir, merenung dan hal yang perlu direnungkan adalah urusan kita kepada sang Khaliq berupa pengabdian diri, beribadah, melepas kepentingan dunia untuk kepentingan menghadap Allah SWT.
Kembali kepada pertanyaan semula, apa malam kemuliaan itu? Apa arti malam Qadar, dan mengapa malam itu dinamai  demikian?  Di sini ditemukan berbagai jawaban.
Kata qadar sendiri paling tidak digunakan untuk tiga arti:
1.  Penetapan dan pengaturan sehingga Lailat Al-Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan  hidup  manusia. Pendapat  ini  dikuatkan  oleh penganutnya dengan firman Allah dalam surat Ad-Dukhan ayat 3 yang disebut di atas. (Ada  ulama yang  memahami  penetapan  itu  dalam batas setahun). Al-Quran yang turun pada malam Lailat Al-Qadar,  diartikan  bahwa  pada malam  itu  Allah  Swt.  mengatur dan menetapkan khiththah dan strategi bagi Nabi-Nya Muhammad Saw.,  guna  mengajak  manusia kepada  agama  yang  benar, yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia baik sebagai  individu  maupun kelompok.
2. Kemuliaan.   Malam  tersebut  adalah  malam  mulia  tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih  sebagai  malam  turunnya Al-Quran,  serta  karena  ia  menjadi  titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih. Kata  qadar  yang  berarti  mulia ditemukan  dalam surat Al-An'am (6): 91 yang berbicara tentang kaum musyrik:
Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat.
3. Sempit. Malam tersebut adalah  malam  yang  sempit,  karena banyakuya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Qadr:
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh ((Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala  urusan.
Kata qadar yang berarti sempit digunakan Al-Quran antara  1ain dalam surat A1-Ra'd (13): 26:
Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya).
Ketiga arti tersebut  pada  hakikatnya  dapat  menjadi  benar, karena  bukankah  malam tersebut adalah malam mulia, yang bila diraih maka ia menetapkan masa depan manusia, dan  bahwa  pada malam  itu  malaikat-malaikat  turun ke bumi membawa kedamaian dan  ketenangan.  Namun  demikian,  sebelum  kita  melanjutkan bahasan  tentang  Laitat  Al-Qadar,  maka terlebih dahulu akan dijawab pertanyaan tentang kehadirannya  adakah  setiap  tahun atau  hanya  sekali, yakni ketika turunnya Al-Quran lima belas abad yang lalu?
Dari Al-Quran  kita  menemukan  penjelasan  bahwa  wahyu-wahyu Allah  itu diturunkan pada Lailat Al-Qadar. Akan tetapi karena umat sepakat mempercayai bahwa  Al-Quran  telah  sempurna  dan tidak ada lagi wahyu setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw., maka atas dasar logika itu, ada yang berpendapat bahwa malam  mulia itu sudah tidak akan hadir lagi. Kemuliaan yang diperoleh oleh malam  tersebut  adalah  karena  ia  terpilih  menjadi   waktu turunnya Al-Quran.

Pendapat  tersebut ditolak oleh mayoritas ulama, karena mereka berpegang kepada teks ayat Al-Quran, serta sekian banyak  teks hadis  yang  menunjukkan  bahwa  Lailat  Al-Qadar terjadi pada setiap bulan Ramadhan. Bahkan  Rasululllah  Saw.  Menganjurkan umatnya  untuk  mempersiapkan  jiwa menyambut malam mulia itu, secara khusus pada  malam-malam  ganjil  setelah  berlalu  dua puluh Ramadhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar