Mushallin (orang yang suka mengerjakan shalat) seharusnya
adalah orang-orang yang tunduk dan patuh pada ketentuan Allah SWT dan rasul-Nya
dalam seluruh aspek hidup dan kehidupannya.
Orang yang jujur, amanah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Orang yang mampu mencegah dirinya dari perbuatan fakhsyaa dan munkar (keji dan jahat).
Serta orang yang memiliki kecintaan dan kepedulian yang tinggi kepada orang-orang yang lemah, seperti fakir, miskin, dan anak-anak yatim.
Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS Al-Ankabut (29): 45 “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah sfffhalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Orang yang konsisten dan istiqamah dalam mengerjakan shalat adalah orang yang hati-hati dan bertanggungjawab di dalam melakukan berbagai macam perbuatan dan tindakan, sekaligus menjaga mulutnya dari pernyataan dan statement yang merugikan orang atau pihak lain.
Karena ia menyadari bahwa ia akan kembali kepada Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya.
Firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah (2): 45-46 “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”.
Orang yang selalu mengerjakan shalat dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan, akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT. Aturan dan norma-Nya akan berusaha untuk selalu diimplementasikan dan diwujudkan dalam kehidupan nyata keseharian.
Inilah makna shalat itu salah satu tujuan utamanya adalah untuk mengingat Allah SWT (zikir kepada-Ku), sebagaimana firman-Nya dalam QS Thaha (20): 14 “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.
Jika di dalam kenyataan kehidupan sekarang banyak orang yang shalat tetapi tetap mengerjakan kejahatan dan keburukan, seperti korupsi, perzinaan dan perbuatan buruk lainnya, serta tidak mau memerhatikan dan memedulikan orang-orang miskin dan anak-anak yatim, berarti shalatnya belum dilakukan dengan penuh kesungguhan, kerendahan hati dan keikhlasan kepada Allah SWT.
Shalatnya baru sebatas melaksanakan kewajiban semata, belum masuk pada struktur rohani dan kepribadian.
Inilah yang dikecam oleh Allah SWT dalam QS Al-Ma’un (107): 4-7 “Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang
berguna”.
Semoga kita tetap istiqamah dalam menegakkan shalat dan berusaha untuk mengimplementasikan nilai-nilai shalat dalam kehidupan keseharian. Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar