1 / 3
belajar satu
2 / 3
belajar 2
3 / 3
Caption Three

Selasa, 31 Januari 2017

Pejuang Demokrasi yang Tangguh



Taufik Kiemas
Ketua MPR RI

Saya dan Gus Dur sudah seperti saudara karena memang sudah kenal semenjak muda. Bahkan dalam bahasa akrabnya Gus Dur mengibaratkan jika Megawati Soekarnoputri adalah temannya,Taufik Kiemas adalah sedulurnya (saudaranya).

Karena akrabnya dengan saya, perseteruan yang pernah terjadi antara Gus Dur dengan Mega tidak mengganggu hubungan saya dengan Gus Dur. Susah untuk menggambarkan bagaimana keunikan hubungan saya dengan Gus Dur. Gus Dur yang juga terkenal kontroversinya itu juga sering membuat orang jengkel karena pernyataannya. Namun jika itu ditujukan ke saya, maka saya diamkan saja.

Ilmu Tak Tertulis Suatu Abad



Sujiwo Tejo, Dalang

Kompas, 5 Desember 2009
Saya pendukung calon presiden Jusuf Kalla pada pilpres yang lalu. Demi itu, saya akhiri riwayat golput sejak pertama punya hak pilih pada era Soeharto.

Tetapi, saya menolak jika pengusutan kasus Bank Century diarahkan untuk utamanya mendongkel kepresidenan SBY. Biarkan gerakan angket di DPR, dukungan LSM, demi tegaknya keadilan. Janganlah sejak dini, aneka gerakan ini diagendakan untuk penggulingan kekuasaan.

Kudeta Mesir dan Indonesia




Todung Mulya Lubis
Ketua Dewan Pengurus Imparsial; Fellow, Ash Center, Harvard Kennedy School

Kompas, 23 September 2013


Kondisi politik Mesir kian tidak menentu. Setelah kudeta militer terhadap Presiden Muhammad Mursi, kini gelombang demonstrasi pendukung Mursi seakan tak pernah berhenti. Serangkaian tindakan kekerasan militer Mesir dalam menghadapi gelombang demonstrasi tak kunjung usai.

Mohammad Natsir, Pemikir-Negarawan


 
Muhammad Amien Rais

Pada paruh kedua abad ke-20, Dunia Islam menyaksikan setidaknya tiga fenomena kebangkitan Islam yang di samping memiliki persamaan, juga perbedaan: pertama, al-Ikhwan al-Muslimun di Mesir dengan protagonisnya Sayyid Qutub; kedua, Jama’at al-Islami di Pakistan yang dipimpin oleh Abul A’la al-Maududi; dan ketiga, Partai Islam Masyumi di Indonesia dengan tokohnya yang paling terkenal, Dr. Mohammad Natsir.

Ketiga tokoh Islam dunia itu hampir sebaya, dan sama-

Mohammad Natsir



Drs Nur Cholis Huda MSi
Wakil Ketua PWM Jatim

Ketika bangsa ini memperingati hari pahlawan, saya teringat Mohammad Natsir (1908-1993). Dia putra Indonesia dengan banyak kelebihan, sarat keteladanan, banyak jasa dan pengabdian pada Republik ini. Namun Natsir terabaikan.

PANTAI NGOBARAN, NGUYAHAN, DAN NGRENEHAN



Saptosari, Gunung Kidul, Yogyakarta. Pantai ini merupakan pantai dengan satu retribusi. Berlokasi di kecamatan Saptosari, Gunung Kidul, anda bisa menuju ke sini melewati jalur ke arah Baron. Sebelum sampai ke retribusi Baron, ada arah ke kanan menuju pantai Ngobaran. Ambillah jalan itu dan ikuti penanda yang menunjukkan arah pantai Ngobaran. Cukup lumayan jauh dan jalan yang liku-liku, anda akan menemukan retribusi yang sekaligus pantai Ngrenehan dan Nguyahan. Jarak pantai dan retribusi berjarah 4 KM dengan lokasi ada pertigaan kalau ke kiri menuju ke pantai Ngrenehan, jika ke kanan arah pantai Ngobaran dan Nguyahan.

PANTAI TOROHUDAN MASIH PERAWAN



Yogyakarta; Berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Pepatah ini cocok untuk menggambarkan perjalanan ke lokasi wisata pantai Torohudan. Lokasinya masih satu kompleks dengan pantai Ngobaran. Dari pantai Ngrenehan mentok (area parkir) jika ke kanan menuju pantai Ngrenehan, maka ambillah yang kiri menyusuri jalan yang belum aspal sejauh 1 KM. Apalagi dipertengahan jalan anda akan melewati jalan yang terjal, rusak, berhati-hatilah jika melewati jalan tersebut. Jika bingung jangan malu untuk bertanya ke warga, tapi sebaiknya anda bertanya di area parkir Ngerenehan, karena belum tentu anda bertemu orang di jalan.

SARAN SAYA “BAWA GANTI BAJU” JIKA WISATA KE CURUG LEPO



Untuk menuju ke Curug Lepo tidak sulit, kita hanya perlu ke pusat Dlingo, yaitu desa Dlingo, kecamatan Dlingo nanti ada arah yang menunjukkan ke Curug Lepo. Anda bisa lewat Imogiri timur, pleret, atau lewat Patuk. Atau lebih baik anda menggunakan GPS untuk memudahkan perjalanan anda.

MELIHAT GUNUNG KIDUL DI ATAS TEBING WATU MABUR



                Setelah kami menjajakan petualang ke Goa Gajah, kami melanjutkan ke Tebing Watu Mabur yang berlokasi tak jauh dari Goa Gajah, naik kira-kira sekitar 1 KM. Berlokasi di pinggir jalan tak membua kita kesusahan. Biasanya untuk menginginkan tempat yang bagus dengan melihat pemandangan dari atas bukit membutuhkan jalan kaki atau pendakian, kali ini kami hanya cukup memarkir motor di tepi jalan karena lokasi Tebing Watu Mabur berada di tepi jalan.

SOSOK GAJAH DI GOA GAJAH, YOGYAKARTA



Jalan-jalan kami kali ini pergi ke Goa Gajah di Kecamatan Dlingo, Bantul, Yogyakarta. Untuk menuju ke Goa ini cukup mudah, yaitu dengan mengikuti jalur arah Kebun Buah Mangunan Yogyakarta. Kalau masih belum tahu, dari arah Jogja, ambil arah menuju jalan Imogiri Timur, tepatmya dari terminal Giwangan ke selatan terus mentok pertigaan, belok kiri. Dan sebelum masuk ke area Makam Imogri ambil jalan belok kiri, terus naik ke arah Hutan Pinus dan mangunan. Ikuti jalan tersebut sampai ke arah Kebun Buah Mangunan.

Rabu, 25 Januari 2017

Pencarian Moeslim Abdurrahman, Haruskah Berhenti?



Abdul Munir Mulkhan
Anggota Komnas HAM RI 2007-2012,
Wakil Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2000-2005

SINDO, 10 Juli 2012
Jumat malam, 6 Juli 2012, Dr Moeslim Abdurrahman meninggalkan kita semua, menuju ke haribaan sang Pencipta, yang selama ini dia cari.

Berhentikah kita mencari kebermaknaan Tuhan bagi kehidupan umat manusia seperti yang selama ini dilakukan melalui ucapan dan tindakan Kang Moeslim Abdurrahman? Entahlah, karena pencarian kita itu apakah sudah sampai, baru berada di tengah jalan yang benar, atau kita sebenarnya sedang sesat jalan? Hanya kita sendiri yang bisa menggugat meski orang lain bergemuruh membenarkan atau sebaliknya menyatakan sesat jalan.

Menunggu Pemimpin Profetik dengan Kecerdasan Sosial



Abdul Munir Mulkhan 
Komisioner Komnas HAM 2007- 2012, Wakil Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2000-2005, Guru Besar Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


KORAN SINDO, 26 Maret 2013
Praktik korupsi yang belakangan mulai melibatkan elite partai berlatar belakang gerakan keagamaan mengindikasikan pola rekrutmen tidak sehat, kesalahan (baca: dosa) kolektif, selain praktik keagamaan dengan ketuhanan utopis.

Surga-neraka seolah merupakan wilayah dunia antah berantah dengan Tuhan tak tersentuh. Korupsi dipandang sebagai bukan dosa besar yang tidak mungkin memperoleh ampunan Allah. Menelantarkan rakyat dan umat bukan sebuah maksiat atau dosa, melainkan sekadar sebuah kekeliruan kecil seperti salah-ucap (slip of the tongue). Dalam situasi demikian, rakyat negeri ini merindukan kehadiran pemimpin yang memiliki kesadaran profetik dan keberpihakan humanis dengan kecerdasan sosial tinggi.

Jebakan Demokrasi bagi Intoleransi Bangsa



Abdul Munir Mulkhan ;
Guru Besar Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Anggota Komnas HAM-RI

SINDO, 6 Juni 2012
Melihat kekerasan yang dialami warga Ahmadiyah di berbagai tempat, pengikut Syiah di Sampang, jemaat gereja Philadelpia di Bekasi dan Yasmin di Bogor, orang gampang membuat kesimpulan ada gejala intoleransi di negeri ini.

Belakangan ini juga muncul kekerasan atas nama kebenaran suatu agama terhadap seseorang yang dipandang memiliki pandangan berbeda seperti dalam kasus diskusi buku yang ditulis Irsyad Manji. Karya seni pun tidak luput dari sergapan atas nama moralitas keagamaan baku nan suci sehingga konser Lady Gaga harus dibatalkan. Karena menyangkut warga negara lain, persoalan ini berkembang menjadi wacana internasional. Persoalannya, bagaimana menjelaskan semua itu dari tuduhan bahwa bangsa ini menjadi intoleran?

ROHINGNYA MERANA, ULAMA KEMANA



Kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Cahya Purnama (Ahok) menjadi isu public yang paling gencar diberitakan belakangan ini. Kasus ini bahkan mendapat perhatian dunia khususnya negara-negara islam terebih ketika umat islam melakukan aksi demonstrasi yang terkenal dengan aksi damai 411. Aksi yang dimotori oleh FPI dan beberapa ulama mampu menyedot antusias kaum muslim dari berbagai kalangan untuk bersatu bersama melakukan tuntutan atas kasus Ahok. Adanya kasus besar semacam ini menjadikan berita lain yang juga harus perlu mendapatkan perhatikan yaitu kasus pembantaian muslim Rohingnya di Myanmar tertutup oleh media.
Sudah saatnya ulama dan tokoh penting masyarakat lainnya mengalihkan pandangan mereka ke ranah kepedulian sosial. Muslim Rohingnya sedang mengalami penderitaan atas kejadian pembantaian di Myanmar. Banyak saudara mereka yang menjadi korban keganasan pembantaian. Tidak ada jalan lain selain kabur dari negaranya dan berimingran ke tempat (negara) lain. Salah satu negara yang menjadi tempat sianggah orang Rohingnya adalah di Indonesia. Beberapa media memberitakan bahwa muslim Rohingnya sementara mengungsi di daerah Sumatra bagian utara.
Kasus tersebut saya kira perlu penanganan lebih lanjut sebagaimana kita ketahui kasus tersebut tidak hanya terjadi sekali dua kali saja. Hal itu sudah merupakan perbuatan yang melanggar norma kemanusiaan. Peran tokoh public saya kira membawa dampak besar terhadap penanganan kasus tersebut. Maka perlu kehadiran para ulama dan pergerakan ormas yang mengatasnamakan pembelaan terhadap Islam untuk bersatu menyuarakan pembelaan terhadap penindasan manusia, kebebasan beragama, dan tentu pembelaan terhadap saudara seiman.
Aksi ulama janganlah sekedar ritual doa bersama saja. Perlu aksi real yang menunjukkan kepedulian terhadap mereka. Aksi penanganan langsung ke lokasi pengungsian saya kira penting untuk memberikan spirit untuk para pengungsi, dan membangun kedekatan emosional dengan mereka. Kedekatan emosional yang terbentuk bersama akan melahirkan kepedulian umat. Sehingga tidak hanya kepekaan para ulama terhadap hubungan transendental yang semua terkait dengan Tuhan, namun juga kepekaan sosial terhadap kasus yang menimpa sesama umat.
Semoga saja nanti aksi super damai yang akan dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2016 tidak hanya sekedar mengawal kasus Ahok. Harusnya biarlah kasus Ahok ditindaklanjuti pihak hukum terkait. Sedangkan para ulama dan tokoh agama mengalihkan isu lain yang lebih besar dari sekedar kasus satu orang yang malah memecah dua paham ideologi yang pro dan kontra.
Langkah berdoa dan berdzikir bersama dalam aksi super damai adalah upaya baik untuk meminta pertolongan dari Tuhan. Namun berdoa saja belumlah cukup untuk mengentaskan permasalahan bangsa. Mengapa tidak mencoba melindungi umat Rohingnya yang sedang merana akibat ulah penguasa. Mengapa para ulama tidak ada upaya besar melakukan perlindungan terhadap mereka yang sedang membutuhkan pertolongan. Apakah kasus kemanusiaan hanya sekedar tugas relawan sosial saja. kemana gerakan pembela islam yang kemarin dapat menggerakkan puluhan ribu massa, mengapa tidak ditujukan untuk menggerakkan kepada kepedulian kemanusiaan.
Andaikan ada upaya tuntutan besar dalam aksi super damai 212, yaitu meminta tuntutan kepada pemerintah untuk melindungi kaum Rohingnya. Massa mendesak supaya kasus Rohingnya mendapat pembelaan. Jika hal itu terealisasikan mungkin pemerintah menindaklanjuti dengan mengadakan diplomasi antar negara, seperti adanya musyawarah negara mayoritas muslim dunia atau musyawarah antar negara ASEAN membahas masalah kaum Rohingnya, saya kira atas dasar kemanusiaan mayoritas negara mengecam kasus tersebut.
Itu hanya anganku saja yang pada intinya untuk saat ini membela kaum Rohingnya yang menderita lebih penting daripada membela terhadap kasus Ahok. Karena mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab suci al-Qur’an juga merupakan bagian pembelaan dan penjagaan terhadap agama.
Rohingnya datang kepada kita menandakan mereka membutuhkan bantuan kita. Bantuan yang tidak hanya pada bentuk fisik seperti sandang, pangan, papan, namun juga bantuan psikisnya. Mereka membutuhkan keadilan sebagai manusia yang berkewarganeraan. Kemanakah para elite ulama, bukankah mereka tahu konsep rahmatan lil ‘alamin. Cara yang dilakukan dalam mengaplikasikan konsep rahmatan lil ‘alamin adalah melalui hubungan sosial umat manusia. Apalagi ulama yang mempunyai figur sebagai pemimpin jauh mendekati kedudukannya sebagai khalifah fil ard dibandingkan dengan khalayak lainnya. Semoga ada gerak cepat dari keputusan ulama sebagai jembatan bangsa yang nantinya melahirkan kebijakan yang diambil pemerintah dan kepedulian antar umat manusia tetap terjaga.

24/11/2016

Selasa, 24 Januari 2017

Nyai Sobir



A Mustofa Bisri (Kompas, 15 April 2012)
RIBUAN bahkan puluhan ribu pelayat dari berbagai kota yang menangis itu, tampaknya tak seorang pun yang datang berniat menghiburku.
Mereka semua melayat diri mereka sendiri. Hanya orangtuaku dan beberapa orang famili yang terus menjagaku agar aku tidak pingsan seperti banyak santri yang sama sekali tidak siap ditinggal almarhum.
Almarhum sejak selesai dimandikan dan dikafani, sudah sepenuhnya milik mereka para pelayat diri sendiri itu. Mereka bawa almarhum ke mesjid yang sudah penuh sesak untuk mereka sembahyangi. Aku setengah sadar mengikuti upacara pelepasan jenazah. Kiai Salman, sahabat almarhum, yang memberi sambutan atas nama keluarga. Lalu beberapa kiai dari berbagai daerah memanjatkan doa; tapi aku tak tahu persis siapa-siapa mereka. Aku hanya asal mengamini.
Hari berikutnya dan berikutnya, banjir jama’ah laki-laki perempuan tak susut meluapi makam dan mesjid pesantren kami. Alunan tahlil dan doa seolah tak pernah putus dari pagi hingga malam hari. Mereka meratapi kepergian almarhum yang selama ini mereka anggap guru dan bapak. Sandaran mereka.
***

MENGENANG KH ABDULLAH FAQIH



OLeh KH. Mustofa Bisri
 Ini tulisanku di Jawa Pos hari Jum'at, 2 Maret 2012, halaman 1-2:

Puluhan ribu orang datang melayat ke Langitan, Widang,Tuban. Entah berapa ribu lagi yang ingin datang tak kesampaian. Jalan raya pantura macet 5 km terhambat  lautan manusia. Sehari sebelumnya,  hari  Rabu, 29 Februari 2012, para pelayat sudah mulai berdatangan.  Sementara di gedung PBNU dan beberapa tempat  lain,  orang-orang  berdzikir dan berdoa. Belum lagi mereka yang menyampaikan takziahnya melalui  SMS, Facebook, dan Twitter.  Pada hari Rabu itu, sekitar jam 18.30, tokoh spiritual kharismatik NU, pengasuh Pesantren Langitan:  KH Abdullah Faqih dipanggil ke hadirat Ilahi. Innaa liLlaahi wainnaa ilaiHi raaji’uun.

Apabila ciri utama waliyullah, kekasih Allah, itu istiqamah dan dicintai orang banyak, maka  pastilah Kiai Abdullah Faqih –seperti keyakinan saya— termasuk waliyullah. Saya kebetulan mendapat anugerah kenal secara pribadi dan sering menjadi ‘penderek’ kegiatan yang melibatkan kiai tawaduk berwajah manis ini. Saya termasuk yang bersaksi mengenahi keistiqamahan beliau; baik istiqamah secara bahasa (lughatan ) mau pun menurut  istilah (isthilaahan)

MENGENANG GUS DUR



Oleh KH. Mustofa Bisri
Tidak terasa sudah setahun  kita ditinggalkan oleh Gus Dur, orang yang sangat menyintai kita. Tokoh yang tidak berhenti memikirkan kita dengan cinta. Untuk memperingati 1 tahun wafat guru kita itu, ini aku cuplikkan fragmen dari tulisan panjangku:

Yang saya tahu, Gus Dur itu –meski orang Jawa-- tidak termasuk jenis orang yang senang menyimpan apa yang dia ingin katakan atau lakukan, bahkan apa yang dia pikirkan. Keyakinannya bahwa perbedaan itu merupakan hal fitri dan termasuk bagian dari sunnatullah begitu kuat, sehingga tidak pernah ada padanya rasa khawatir sedikit pun  bahwa apa yang akan ia katakan atau lakukan tidak disetujui orang lain. Dia juga sering kali tidak setuju sikap orang, mengapa pusing-pusing dengan ketidaksetujuan orang terhadap sikapnya. Di antara kata-katanya yang masih saya ingat setiap habis berterusterang (diucapkan ketika kami –saya dan Gus Dur—masih suka jalan-jalan bersama di Kairo tempo dulu), “Saya katakan atau tidak, itulah pendapat saya!” Dan dia lebih suka mengatakannya. Pikirannya mungkin, kalau tidak saya kemukakan, bagaimana orang tahu sikap atau pendapat saya?

Kang Maksum



A.    Mustofa Bisri (Jawa Pos, 15 Januari 2012)
Masya Allah! Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun!
Tidak mungkin, tidak mungkin! Kang Maksum? Ah….
BERITA itu cepat beredar. Berita yang benar-benar mengguncang kotaku. Di mana-mana—di pasar, di warung-warung, di perkantoran, di sekolah-sekolah—berita itu mendominasi pembicaraan. Seperti biasa, orang-orang pun asyik menduga-duga dan menganalisis.
Waktu itu media massa cetak dan elektronik belum seperti sekarang. Seandainya itu terjadi sekarang, pastilah beritanya akan menjadi santapan gurih pers. Akan menjadi perbincangan berhari-hari di media massa. Tinjauan dari berbagai sudut dan aspek pun akan ramai dilontarkan para pakar dan narasumber yang sengaja diundang.

Hamba Allah dari Jawa Timur

A Mustofa Bisri, Pemimpin Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin, Rembang

JAWA POS, 2 Maret 2012
PULUHAN ribu orang datang melayat ke Langitan, Widang, Babat. Entah berapa ribu lagi yang ingin datang tak kesampaian. Jalan raya pantura macet 5 km karena terhambat lautan manusia. Sehari sebelumnya, Rabu 29 Februari 2012, para pelayat mulai berdatangan.
Sementara itu, di gedung PB NU dan beberapa tempat lain, orang-orang berzikir dan berdoa. Belum lagi mereka yang menyampaikan takziahnya melalui SMS, Facebook, serta Twitter. Pada Rabu itu sekitar pukul 18.30, tokoh spiritual karismatis NU, pengasuh Pesantren Langitan: KH Abdullah Faqih, dipanggil ke hadirat Ilahi. Innaa lillaahi wainnaa Ilaihi raaji'uun.

Bila ciri utama waliyullah, kekasih Allah, itu adalah istikamah dan dicintai orang banyak, pastilah Kiai Abdullah Faqih -seperti keyakinan saya- termasuk waliyullah. Saya kebetulan mendapat anugerah kenal secara pribadi dan sering menjadi ''penderek'' kegiatan yang melibatkan kiai tawaduk berwajah manis itu. Saya termasuk yang bersaksi mengenai keistikamahan beliau, baik istikamah secara bahasa (lughatan) maupun menurut istilah (isthilaahan).

Berkorban Tak Sekadar Berkurban



A Mustofa Bisri
Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah

KOMPAS, 25 Oktober 2012
Akhirnya, setelah sekian lama mendambakan dan tak kunjung mempunyai anak, permohonan Nabi Ibrahim agar dianugerahi anak dikabulkan oleh Tuhannya.
Allah menganugerahinya seorang anak yang sabar. Ketika si anak sudah cukup dewasa untuk membantu ayahnya bekerja, tiba-tiba sang ayah memberitahukan bahwa ada isyarat Tuhan untuk menyembelih si anak. ”Bagaimana pendapatmu?” kata sang ayah. Dengan tenang, si anak menjawab, ”Ayahku, laksanakan saja apa yang diperintahkan kepada ayah. Insya Allah ayah akan mendapatkan anakmu ini tabah.”

Ketika bapak-anak itu bertekad bulat berserah diri sepenuhnya untuk melaksanakan perintah Allah dan Nabi Ibrahim telah merebahkan anak kesayangannya itu di atas pelipisnya, ketika itu pula keduanya membuktikan kepatuhan dan kebaktian mereka. Dan, Allah pun mengganti si anak dengan kurban sembelihan berupa kambing yang besar.

PERMAINAN SEPAK BOLA



13 Juni 2010 pukul 11:02
Melihat demam sepakbola, saya jadi teringat tulisanku 12 tahun yang lalu ini:

Cobalah Anda pikir agak tenang tanpa mengikutsertakan kesenangan Anda sendiri, mungkin Anda pun -- seperti orang yang tidak senang atau tidak paham sepak bola -- merasa geli melihat 22 orang dewasa –-sebelas lawan sebelas-- berlari-lari memperebutkan dengan serius sebuah benda bundar. Kecuali dua orang yang bertindak menjaga gawang yang tidak banyak berlari; cukup mempertahankan dan menangkap bola bila bola mengarah ke gawangnya. (Berbeda dengan yang lainnya, kedua orang ini tidak mutlak dilarang memegang bola). Anehnya bila bola sudah terebut, langsung --atau dibawa sebentar kemudian-- disepak lagi untuk diperebutkan kembali. Sering kali, meski sudah ada wasit lapangan dan wasit-wasit garis yang memimpin pertandingan, orang-orang dewasa yang memperebutkan bola itu sampai berantem. Bila karena terlalu sengit berebut bola lalu terjadi tabrakan antar pemain dan wasit sudah menentukan bola diberikan kepada pihak tertentu, pihak ini pun malah menendangnya kembali. Bayangkan bila perebutan 11 x 11 orang dewasa ini tanpa wasit yang memimpin atau wasitnya seperti kebanyakan wasit negeri ini.

Sampai suatu saat, b

TOBAT



Tiba-tiba aku ingin menukil dan menurunkan tulisanku 13 tahun yang lalu, ini:

Bahkan sebelum gegap gempita reformasi – ada yang sempat menghitung 1000 hari sebelum krisis menimpa negeri ini – beberapa kiai sepuh sudah mengingatkan agar kita berlari kepada Allah dan berisitighfar, memohon ampunanNya. Mereka sendiri sudah mendahului yang lain. Mereka semua  membaca qunut Nazilah  ketika dan setiap kali bersembahyang dan beristighfar sesudahnya. Di samping itu masing-masing melakukan amalan-amalan sebisa mereka. Ada yang setiap malam bangun bermunajat kepada Allah hingga subuh; ada yang setiap malam mengkhatamkan Al-Quran dan  berdzikir bersama santrinya; ada yang meningkatkan puasa Senin-Kemis mereka dengan puasa Nabi Daud; bahkan ada yang bersama kiai-kiai di sekitarnya membentuk semacam ‘tim Istikharah’ untuk menjaring isyarat-isyarat langit.

TUTUP RAMADAN DENGAN BERDOA



Untukmu yang tidak berlangganan atau tidak sempat membaca harian Suara Merdeka 8 September 2010:

Siang demi siang dan  malam demi malam Ramadan telah kita lalui. Kehidupan yang lain daripada yang lain telah kita jalani di bulan yang kita sebut bulan suci ini. Kita berdoa semoga kita mampu menyerap kesucian bulan ini. Mampu tidak hanya memaknai tapi sekaligus menghayati  puasa kita. Sehingga nilai tambahnya tidak hanya berupa ganjaran di akhirat, namun dapat merupakan peningkatan pribadi kita sebagai hamba-hamba mukmin yang tahu bersyukur.

Kita berdoa semoga Ramadan kali ini benar-benar  berhasil mendidik kita menjadi manusia yang lain, manusia yang tidak hanya menyadari kekhalifahannya, tapi sekaligus kehambaannya. Manusia yang saleh di hadapan Allah dan saleh di hadapan sesama manusia.
Kita berdoa dan berdoa,  karena agaknya memang hanya –berdoa-- itulah andalan kita selama ini. Apalagi bila mengingat sekian Ramadan lepas begitu saja tanpa terlihat bekasnya pada pribadi kemusliman kita.  Muslim yang paling baik menurut  Pemimpin Agung kaum muslimin dan yang paling tahu tentang keIslaman, Nabi Muhammad SAW, ialah “Man salimal muslimuun min lisaanihi wayadihi.” Orang yang selalu menjaga agar lisan dan tangannya  tidak melukai sesama. Jadi bukan orang yang berkobar-kobar membela Islam dengan keganasan lisan dan tangannya.

Hak Allah dan Sesama Hamba



A Mustofa Bisri ;
Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah

KOMPAS, 18 Agustus 2012
Bahkan satu bulan—di antara 12 bulan—yang dianugerahkan Tuhan, nyaris tidak kita gunakan sebagaimana mestinya. Rutinitas kesibukan yang tidak begitu jelas tetap saja berlangsung di bulan yang kita sebut-sebut sebagai bulan suci.

Gegap gempita kita menyambut bulan Ramadhan. Bahkan, untuk lebih menunjukkan penghormatan kita kepada bulan istimewa itu, kita perlukan memasang spanduk di jalan-jalan. ”Marhaban Ya Ramadhan. Selamat Datang, Bulan Ramadhan. Hormatilah Bulan Ramadhan!” Gegap gempita penyambutan—kemudian disusul gegap gempita lainnya—itu tak kunjung menjelaskan secara jelas: di mana letak kesucian atau keistimewaan bulan Ramadhan yang kita hormati itu. Jangan-jangan sebutan kita kepada Ramadhan ”yang terhormat” itu hanyalah seperti tegur sapa kita kepada para anggota DPR.

AKAR MASALAH



Oleh KH. Mustofa Bisri
Ini tulisanku di Jawapos/Indopos hari ini, Selasa 25 Januari 2011, barangkali saudara-saudara yang tidak langganan atau tidak sempat membaca JP/IP bisa membaca ini:

Menanggapi situasi  kehidupan berbangsa  di tanah air, tentunya terutama setelah terkuaknya praktek Gayusisasi dan munculnya ‘fatwa kebohongan’ dari para tokoh lintas agama, baru-baru ini Akademisi dari beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta  serta tokoh agama di Jawa Timur mendeklarasikan Gerakan Anti bohong di Universitas Muhammadiyah Surabaya.  Kebiasaan berbohong dinilai menjadi akar masalah dalam kehidupan berbangsa di Indonesia.

PERENUNGAN DI AKHIR RAMADAN



Oleh KH. Mustofa Bisri
Tulisan saya yang lain di akhir Ramadan:  

Hari-hari Ramadan telah kita lalui dengan berbagai kegiatan dan aktivitas yang galibnya lain dari hari-hari lain di bulan-bulan lain. Mulai dini hari, kaum muslimin biasanya  bersama-sama keluarga melakukan ‘ritual’ santap sahur; sore ngabuburit, ‘membunuh waktu’ menunggu saat berbuka; lalu ‘ritual’ santap buka;  kemudian beramai-ramai melaksanakan salat Taraweh dan Tadarusan;  sampai acara-acara seremonial buka bersama, tarling (taraweh keliling), dan ceramah-ceramah keagamaan.

Kegiatan-kegiatan lain biasanya juga diupayakan dapat bernuansa ibadah, setidaknya dilabeli dengan label yang mengesankan keislaman, seperti  Roadshow Safari Ramadan;  Gelar Ta’jil; Konser  Seni dan Dakwah, Takbir Akbar, dlsb.

MEMAKNAI LEBARAN



Oleh DR. KH. A. Mustofa Bisri
Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Thalibin Rembang

Suatu ketika Nabi Muhammad SAW bertanya kepada shahabat-shahabatnya: “Tahukah kalian siapa itu yang disebut orang bangkrut?” Mereka pun menjawab, “Kalau di kita, orang bangkrut ialah orang yang sudah tak lagi punya uang dan barang.”
Ternyata Nabi Muhammad SAW mempunyai maksud lain. Terbukti beliau berkata: “Sesungguhnya orang bangkrut di antara umatku ialah yang datang di hari kiamat kelak dengan membawa pahala-pahala salat, puasa, dan zakat; namun dalam pada itu sebelumnya pernah mencaci ini, menuduh itu, memakan harta ini, mengalirkan darah itu, dan memukul ini. Maka dari pahala-pahala kebaikannya, akan diambil dan diberikan kepada si ini dan si itu, kepada orang-orang yang yang telah ia lalimi. Jika pahala-pahala kebaikannya habis sebelum semua yang menjadi tanggungannya terhadap orang-orang  dipenuhi, maka akan diambil dari keburukan-keburukan orang-orang itu dan ditimpakan kepadanya; kemudian dia pun dilemparkan ke neraka.” (Dari hadis shahih riwayat imam Muslim bersumber dari shahabat Abu Hurairah). Na’udzu billah min dzalik.

MBAH DULLAH



Berkenaan dengan haul Simbah KH. Abdullah Salam Kajen, rahimahuLlah, aku turunkan kembali tulisanku saat itu. Saat kudengar kepulangan orang hebat ini ke hadirat Ilahi 25 Sya'ban 1422. Mudah-mudahan ada manfaatnya.

Di Surabaya, dalam perjalanan pulang dari Jember, saya mendapat telpon dari anak saya bahwa Mbah Dullah, KH. Abdullah Salam Kajen, telah pulang ke rahamtuLlah. Innaa liLlahi wainnaa ilaiHi raaji’uun! Dikabarkan juga, berdasarkan wasiat almarhum walmaghfurlah, jenazah beliau akan langsung dikebumikan sore hari itu juga.

BERAMADAN MENUJU TAKWA



Sebagai hamba Allah SWT yang telah berikrar ”tiada Tuhan selain Allah”, sebenarnya apa pun perintahNya, kita tidak perlu dan tidak pantas bertanya-tanya mengapa, untuk apa?. Hamba yang baik justru senantiasa ber-husnuzhzhan, berbaik sangka kepadaNya. Allah SWT memerintahkan atau melarang sesuatu, pastilah untuk kepentingan kita. Karena Allah SWT Maha Kaya, tidak memiliki kepentingan apa pun. Ia mulia bukan karena dimuliakan; agung bukan karena diagungkan; berwibawa bukan karena ditunduki. Sejak semula Ia sudah Mahamulia, sudah Mahaagung, sudah Mahakaya, sudah Mahaberwibawa …

Kalau kemudian Ia menjelaskan pentingnya melaksanakan perintahNya atau menjauhi laranganNya, semata-mata karena Ia tahu watak kita yang suka mempertanyakan, yang selalu menonjolkan kepentingan sendiri.

Gus Dur dan Deklarasi Tentang Hubungan Pancasila dengan Islam



Sebuah Catatan KH. Mustofa Bisri

Saat membicarakan Khitthah Nahdlatul Ulama dalam Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama di Situbondo 16 Rabiul Awwal 1404 H / 21 Desember 1983,  ada 3 Sub Komisi Khitthah yang masing-masing dipimpin oleh KH. Tholchah Mansoer; Drs. Zamroni, dan H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) – rahimahumuLlah.

Gus Dur waktu itu memimpin Sub. Komisi Deklarasi yang membahas tentang Hubungan Pancasila dengan Islam. Dan Deklarasi di bawah inilah hasilnya:

SEHAT JASMANI DAN ROHANI



Di zaman yang serba modern dengan kemajuan teknologi dan kehidupan yang semakin makmur justru mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit, salah satunya adalah serangan penyakit jantung. Penyakit Jantung dapat menyerang siapa saja. Penyakit ini merupakan penyakit yang menakutkan karena orang dapat meninggal seketika jika terserang penyakit ini. Untuk itu penting merawat organ jantung kita yang merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia.
Pentingnya jantung, orang tanpa organ jantung tak dapat melangsungkan hidup. Karena fungsi jantung adalah untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Tanpa organ jantung aliran darah akan terganggu bahkan terhenti sehingga mematikan anggota tubuh lainnya. Sehingga detak jantung yang kita rasakan sangatlah berarti. Tekanan detak jantung juga mempengaruhi kesehatan jantung. Jika tekanan darah tinggi menyebabkan kerja jantung untuk memompa darah lebih besar. Hal ini yang dapat menyebabkan jantung mudah lelah. Tekanan darah yang tinggi dapat diakibatkan melalui dalam tubuh yaitu sari makanan yang diedarkan melalui darah, maupun faktor luar tubuh seperti persepsi yang diterima oleh otak. Misalkan persepsi “marah” sehingga denyut jantung menjadi meningkat.
Untuk mendapatkan jantung yang sehat perlu penanaman gaya hidup yang sehat. Helmanu Kurniadi (2014) melakukan sebuah penelitian yang menjelaskan bahwa dengan melakukan gaya hidup sehat dapat menurunkan resiko penyakit jantung koroner sebesar 82%. Bagi mereka yang berumur 70 – 80 tahun gaya hidup sehat dapat menurunkan kematian karena penyakit koroner sebesar duapertiganya. Yang dimaksud gaya hidup sehat sebagai kunci hidup sehat adalah (1) makan makanan yang cukup gizi, (2) rajin berolah raga, (3) tidak merokok, dan (4) kondisi psikologi.

STRATEGI SOSIALISASI PROGRAM SIAGA BENCANA



Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran televisi membuat pecinta radio mengalami pergeseran. Para pecinta radio berangsur mulai pindah ke hiburan televisi. Hal itu karena vitur yang disajikan televisi lebih lengkap daripada radio. Televisi menyajikan kepuasan visual sehingga seseorang tidak hanya menikmati hiburan lewat pendengaran, tetapi juga lewat penglihatan. Televisi cenderung berperan sebagai media hiburan dan sedikit yang mengandung unsur edukatif, dan informatif kepada masyarakat. Banyaknya vitur yang berunsur hiburan belaka, maka sedikit pula iklan layanan masyarakat yang disediakan dalam program acara televisi. Malahan jarang sekali menjumpai iklan yang disponsori dari kementrian langsung. Padahal iklan layanan masyarakat sangatlah penting disamping sebagai pesan moral tapi juga pesan edukasi.
Sedikitnya ruang periklanan layanan masyarakat di televisi, media radio harusnya dapat memaksimalkannya. Rakyat akan merasa simpati manakala terdapat program yang diangkat oleh media sebagai bentuk perhatian terhadap rakyat. Salah satu program layanan masyarakat sebagai bentuk perhatian terhadap rakyat adalah Program Siaga Bencana yang dibentuk oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Saya kira BNPB perlu mencoba mensosialisasikan Program Siaga Bencana lewat media radio. Tujuannya adalah mengenalkan pentingnya tanggap bencana terhadap masyarakat. Jika suatu hari terdapat bencana, masyakarat sudah siap mental untuk menghadapinya. Sehingga simulasi bencana dan sekolah tanggap bencana yang mereka peroleh dapat dioptimalkan.

ANAK MUDA DAN POLITIK



Fakta sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi pemuda dalam konteks sejarah perjuangan bangsa Indonesia ternyata sangat dominan. Hal itu dapat dilihat dari awal pergerakan nasional yang dimulai dari Budi Utomo. Eddy Kurniadi (1991) menjelaskan inisiatif gerakan Budi Utomo dilakukan oleh para pemuda pelajar STOVIA seperti Sutomo, Gunawan Mangkusumo, dll. Tak heran jika pada moment ini diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional melihat kiprah dari pemuda sebagai motor penggerak bangsa kala itu. Hal ini juga yang mempelopori gerakan Sumpah Pemuda 20 tahun kemudian. Gerakan ini adalah gerakan wujud semangat pemuda dalam menjunjung tinggi nasionalisme dalam diri mereka.
Gerakan pemuda masih terus berlanjut sampai pada era reformasi. Kita masih ingat dengan gerakan Reformasi 1998 yang dilakukan oleh pemuda dari berbagai organisasi bercampur dalam satu suara untuk menggulingkan Presiden Soeharto adalah bentuk kegigihan para kaum muda bangsa Indonesia. Gerakan pemuda masih terus berlanjut sampai saat ini untuk melawan kebijakan yang memperberat rakyat walaupun dengan skala yang lebih kecil. Sehingga peran pemuda dalam dunia politik Indonesia sangatlah penting, tanpa pemuda siapa lagi yang menggerak kemajuan bangsa, karena merekalah yang selalu menjadi pilar pengambil inisiatif dalam usaha mempercepat perubahan masyarakat.

Punakawan (semar=gus dur)



Dari karya Gus Mus dalam salah satu sub judul bukunya, lakon punakawan yang tak asing bagi kita di dunia pewayangan ada 4 tokoh yakni semar, bagong, petruk, dan gareng. Punakawan adalah sekawanan orang dalam kekaisaran yang dinobatkan sebagai seorang penghibur bagi seorang raja. Kecuali semar yang memang cenderung sebagai penasehat bagi sang raja. Semar yang secara risalahnya adalah keturunan seorang dewa / orang pilihan yang memang dirancang untuk meluruskan sang raja supaya tetap pada jalur kebenaran. Dengan ciri fisik yang besar dan kalem jika dikaitkan sebagai dalam birokrasi Indonesia banyak yang menyamakan seperti Gus Dur. Dengan perawakan yang hampir sama –sama-sama gemuk- membuat dirinya dijuluki semarnya Indonesia.
Semar yang identik dengan sang peasehat raja, lucu memang jika dia menjadikan dirinya seorang raja. Jika semar seorang raja, lalu siapa yang menjadi lakon punakawan. Ini mungkin yang membuat kita bertanya-tanya. Ketika seorang tokoh sentral yang harus pergi dari posisinya. Bisa dibilang punakawan tak lagi disebut punakawan. Dan akan ada suatu perpecahan pastinya.
Ini yang terjadi di Negara kita. Ketika Gus Dur sebagai seorang penasehat sekaligus pengkritisi pemerintahan harus memposisikan dirinya sebagai presiden. Dia yang secara aktif adalah lakon partai PKB, harus meninggalkan kursinya untuk jabatan presiden. PKB mungkin menjadi angin-anginan ketika ditinggalkannya. Secara Gus Dur adalah garis keturunan NU. Dan PKB adalah partai NU itu sendiri dalam pemerintahan. Dan yang mendirikan tidak lain adalah Gus Dur. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa Gus Dur adalah PKB, dan PKB adalah Gus Dur.
Saking sentralnya peran Gus Dur di PKB, ketika ditinggalkan demi jabatan presiden, ada perebutan kekuasaan secara halus menggantikan gus dur pastinya. Dan tidak atas dasar kemapanan apa yang dimiliki gus dur –bahkan di era sekarang orang-orang yang kurang kompeten dengan output yang tidak jelas berebut posisi di politik pemerintahan dan jalan yang realistis adalah melalui partai – tak bisa menggantikan posisinya. Tak heran jika ada yang menyebutkan ketika seorang semar menjadi sang raja, lalu siapa yang menjadi lakon punakawan?