Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran televisi membuat pecinta
radio mengalami pergeseran. Para pecinta radio berangsur mulai pindah ke
hiburan televisi. Hal itu karena vitur yang disajikan televisi lebih lengkap
daripada radio. Televisi menyajikan kepuasan visual sehingga seseorang tidak
hanya menikmati hiburan lewat pendengaran, tetapi juga lewat penglihatan. Televisi
cenderung berperan sebagai media hiburan dan sedikit yang mengandung unsur
edukatif, dan informatif kepada masyarakat. Banyaknya vitur yang berunsur
hiburan belaka, maka sedikit pula iklan layanan masyarakat yang disediakan
dalam program acara televisi. Malahan jarang sekali menjumpai iklan yang
disponsori dari kementrian langsung. Padahal iklan layanan masyarakat sangatlah
penting disamping sebagai pesan moral tapi juga pesan edukasi.
Sedikitnya ruang periklanan layanan masyarakat di
televisi, media radio harusnya dapat memaksimalkannya. Rakyat akan merasa
simpati manakala terdapat program yang diangkat oleh media sebagai bentuk perhatian
terhadap rakyat. Salah satu program layanan masyarakat sebagai bentuk perhatian
terhadap rakyat adalah Program Siaga Bencana yang dibentuk oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Saya kira BNPB perlu mencoba mensosialisasikan
Program Siaga Bencana lewat media radio. Tujuannya adalah mengenalkan
pentingnya tanggap bencana terhadap masyarakat. Jika suatu hari terdapat
bencana, masyakarat sudah siap mental untuk menghadapinya. Sehingga simulasi
bencana dan sekolah tanggap bencana yang mereka peroleh dapat dioptimalkan.
Radio adalah media yang tepat sebagai perantara sosialisasi
sampai ke masyarakat luas. Namun untuk sampai kepada masyarakat luas, tidaklah
mudah. Perlu station radio yang telah mendapat hati masyarakat luas.
Saya kira Sandiwara Radio adalah station radio yang tepat dijadikan
sosialisasi. Disamping karena telah familiar dan jangkauannya luas, muatan
program acaranya juga berkualitas. Acara sandiwara radio yang telah tenar dari
dahulu dengan cerita rakyat yang dikemas secara apik perlu dimunculkan kembali
ruh yang telah hilang seiring banyaknya program acara televisi. Sosialisasi
Program Siaga Bencana oleh BNPB dapat dilakukan secara utuh layaknya iklan pada
umumnya yaitu melalui space iklan di sela-sela program acara radio. Atau
juga dapat dilakukan secara substansi lewat cerita rakyat Sandiwara Radio. Di
samping itu juga perlu pelaporan terhadap masyarakat jika ada tanda-tanda akan
terjadi bencana dan pemberitaan jika terjadi bencana di suatu daerah.
Berikut sepenggal cerita yang secara substansi
mengandung unsur program siaga bencana. Dikisahkan dari tempat yang berada di sebuah
pedesaan daerah pegunungan. Desa tersebut berbatasan langsung dengan hutan.
Konon di dalam hutan tersebut masih dihuni binatang liar, seperti macan,
serigala, gajah, dll. Hampir setiap malam hewan peliharaan warga yang
kebanyakan adalah hewan sapi, kambing, dan ayam selalu saja hilang. Mereka
menuduh bahwa yang melakukannya adalah hewan buas yang ada di hutan. Walaupun
belum ada bukti konkret yang menyatakan dan memberi kesimpulan jenis hewan yang
menyerang warga. Selain itu belum ada tindakan warga untuk mengantisipasi kejadian
yang terbilang bencana itu. Hanya kewaspadaan yang berujung sia-sia belaka.
Hampir semua pemuda warga frustasi dan kehilangan
kemampuan untuk melakukan sesuatu. Ada salah seorang pemuda desa tersebut pergi
ke desa lain, tujuannya ke rumah teman lamanya yang mempunyai desa dengan suasana
aman dan tentram. Bermaksud untuk menghilangkan penat, disitulah harapan
dimulai. Teman pemuda desa yang aman dan tentram itu menceritakan pengalaman
desanya selama beberapa tahun sebelumnya bahwa hewan peliharaan warga juga
mengalami hal yang sama yaitu diserang hewan serigala. Namun berbeda cara mengatasinya.
Dia mengatakan bahwa ketika kejadian itu mulai dianggap bencana, warga mulai
membuat kandang yang lebih tertutup untuk hewan peliharaannya. Namun usaha ini
gagal, kemudian warga membuat sirine sebagai tanda terdapat bencana. Hingga
akhirnya usahanya berhasil ketika warga membuat tembok pagar yang tinggi
mengelilingi desa.
Itulah sepenggal cerita yang dapat menyajikan muatan
untuk siaga terhadap bencana. Cerita dapat dikembangkan melalui dialog, lebih
dramatis, dan penamaan tokoh yang jelas, serta dijadikan cerita berepisode. Di
dalam cerita tersebut terdapat pesan siaga bencana yang secara substansi
terdapat di dalam alur cerita tersebut. Pesan substansi dalam cerita di atas
adalah cara mengatasi jika terdapat bencana. Dalam cerita tersebut dijelaskan
bahwa dalam mengatasi bencana tidak cukup dengan satu cara langsung berhasil.
Namun melalui beberapa tahap untuk menuju keberhasilan. Jika cara yang sedang dilakukan
gagal, dapat mencoba dengan cara lain yang lebih jenius. Begitupun dengan
keadaan modern ini melihat persamaan keadaan bencana yang berlangsung secara
rutinitas. Seperti banjir yang ada di Ibukota jakarta. Perlu penanganan yang
lebih lanjut jika penanganan sebelumnya gagal. Bukan dengan melakukan
penanganan yang berulang-ulang melihat kondisinya selalu berujung gagal.
Untuk menarik simpati para pendengar perlu menyesuaikan
waktu dan sasaran. Waktu yang diperlukan untuk mensosialisasikan yaitu dengan
menyesuaikan hati pendengar. Biasanya antara jam 8 atau 9 orang-orang mulai
melaksanaan rutinitas pekerjaan. Para buruh desa dan petani yang bekerja di
lapangan, membutuhkan hiburan sebagai mencairkan suasana dalam bekerja. Untuk
menghibur diri biasanya dengan menyalakan radio, sedangkan acara televisi di
pagi hari kurang mendapat minat masyarakat. selain itu waktu sore hari
menjelang maghrib juga perlu dilakukan. Waktu tersebut adalah waktu orang-orang
perkantoran atau pegawai perusahaan pulang kerja dimana kondisi jalan raya
padat merayap hingga terjadi kemacetan. Biasanya para pengendara terutama mobil
membutuhkan hiburan dari kepenatan. Hal yang dilakukan tidak lain adalah
menyalakan radio atau music player dari pada televisi yang dapat
mengganggu konsentrasi dalam mengemudi. Ataupun pada malam hari antara jam 9
dan 10 malam. Jika mengambil antara jam 6 sampai 9 malam orang akan lebih
memilih televisi sebagai media penghibur daripada radio. Jika waktu sudah lewat
dari itu, maka orang yang ronda malam, nongkrong untuk anak muda, atau
perkumpuan lainnya membutuhkan media hiburan. Salah satu yang diambil adalah
radio.
Sebaiknya dalam menyampaikan cerita dilakukan secara
berulang. Supaya tidak membosankan maka dalam satu hari maka terdapat satu
episode. Jika dalam satu hari terdapat tiga kali penayangan, maka cukup
diulangi saja. Tujuannya supaya penikmat yang tertinggal mengikuti cerita pada
waktu pagi hari dapat mendengarkannya pada waktu sore atau malam hari. Untuk
seberapa sering penayangan dalam radio, apakah seminggu sekali, 3 kali seminggu
atau setiap hari, tu semua tergantung pada hak siar radio penyelenggara. Adanya
jadwal yang jelas ayang dipublikasikan akan sangat membantu tercapainya tujuan
yang dicanangkan dari awal. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar