1 / 3
belajar satu
2 / 3
belajar 2
3 / 3
Caption Three

Selasa, 24 Januari 2017

STRATEGI SOSIALISASI PROGRAM SIAGA BENCANA



Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran televisi membuat pecinta radio mengalami pergeseran. Para pecinta radio berangsur mulai pindah ke hiburan televisi. Hal itu karena vitur yang disajikan televisi lebih lengkap daripada radio. Televisi menyajikan kepuasan visual sehingga seseorang tidak hanya menikmati hiburan lewat pendengaran, tetapi juga lewat penglihatan. Televisi cenderung berperan sebagai media hiburan dan sedikit yang mengandung unsur edukatif, dan informatif kepada masyarakat. Banyaknya vitur yang berunsur hiburan belaka, maka sedikit pula iklan layanan masyarakat yang disediakan dalam program acara televisi. Malahan jarang sekali menjumpai iklan yang disponsori dari kementrian langsung. Padahal iklan layanan masyarakat sangatlah penting disamping sebagai pesan moral tapi juga pesan edukasi.
Sedikitnya ruang periklanan layanan masyarakat di televisi, media radio harusnya dapat memaksimalkannya. Rakyat akan merasa simpati manakala terdapat program yang diangkat oleh media sebagai bentuk perhatian terhadap rakyat. Salah satu program layanan masyarakat sebagai bentuk perhatian terhadap rakyat adalah Program Siaga Bencana yang dibentuk oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Saya kira BNPB perlu mencoba mensosialisasikan Program Siaga Bencana lewat media radio. Tujuannya adalah mengenalkan pentingnya tanggap bencana terhadap masyarakat. Jika suatu hari terdapat bencana, masyakarat sudah siap mental untuk menghadapinya. Sehingga simulasi bencana dan sekolah tanggap bencana yang mereka peroleh dapat dioptimalkan.

Radio adalah media yang tepat sebagai perantara sosialisasi sampai ke masyarakat luas. Namun untuk sampai kepada masyarakat luas, tidaklah mudah. Perlu station radio yang telah mendapat hati masyarakat luas. Saya kira Sandiwara Radio adalah station radio yang tepat dijadikan sosialisasi. Disamping karena telah familiar dan jangkauannya luas, muatan program acaranya juga berkualitas. Acara sandiwara radio yang telah tenar dari dahulu dengan cerita rakyat yang dikemas secara apik perlu dimunculkan kembali ruh yang telah hilang seiring banyaknya program acara televisi. Sosialisasi Program Siaga Bencana oleh BNPB dapat dilakukan secara utuh layaknya iklan pada umumnya yaitu melalui space iklan di sela-sela program acara radio. Atau juga dapat dilakukan secara substansi lewat cerita rakyat Sandiwara Radio. Di samping itu juga perlu pelaporan terhadap masyarakat jika ada tanda-tanda akan terjadi bencana dan pemberitaan jika terjadi bencana di suatu daerah.
Berikut sepenggal cerita yang secara substansi mengandung unsur program siaga bencana. Dikisahkan dari tempat yang berada di sebuah pedesaan daerah pegunungan. Desa tersebut berbatasan langsung dengan hutan. Konon di dalam hutan tersebut masih dihuni binatang liar, seperti macan, serigala, gajah, dll. Hampir setiap malam hewan peliharaan warga yang kebanyakan adalah hewan sapi, kambing, dan ayam selalu saja hilang. Mereka menuduh bahwa yang melakukannya adalah hewan buas yang ada di hutan. Walaupun belum ada bukti konkret yang menyatakan dan memberi kesimpulan jenis hewan yang menyerang warga. Selain itu belum ada tindakan warga untuk mengantisipasi kejadian yang terbilang bencana itu. Hanya kewaspadaan yang berujung sia-sia belaka.
Hampir semua pemuda warga frustasi dan kehilangan kemampuan untuk melakukan sesuatu. Ada salah seorang pemuda desa tersebut pergi ke desa lain, tujuannya ke rumah teman lamanya yang mempunyai desa dengan suasana aman dan tentram. Bermaksud untuk menghilangkan penat, disitulah harapan dimulai. Teman pemuda desa yang aman dan tentram itu menceritakan pengalaman desanya selama beberapa tahun sebelumnya bahwa hewan peliharaan warga juga mengalami hal yang sama yaitu diserang hewan serigala. Namun berbeda cara mengatasinya. Dia mengatakan bahwa ketika kejadian itu mulai dianggap bencana, warga mulai membuat kandang yang lebih tertutup untuk hewan peliharaannya. Namun usaha ini gagal, kemudian warga membuat sirine sebagai tanda terdapat bencana. Hingga akhirnya usahanya berhasil ketika warga membuat tembok pagar yang tinggi mengelilingi desa.
Itulah sepenggal cerita yang dapat menyajikan muatan untuk siaga terhadap bencana. Cerita dapat dikembangkan melalui dialog, lebih dramatis, dan penamaan tokoh yang jelas, serta dijadikan cerita berepisode. Di dalam cerita tersebut terdapat pesan siaga bencana yang secara substansi terdapat di dalam alur cerita tersebut. Pesan substansi dalam cerita di atas adalah cara mengatasi jika terdapat bencana. Dalam cerita tersebut dijelaskan bahwa dalam mengatasi bencana tidak cukup dengan satu cara langsung berhasil. Namun melalui beberapa tahap untuk menuju keberhasilan. Jika cara yang sedang dilakukan gagal, dapat mencoba dengan cara lain yang lebih jenius. Begitupun dengan keadaan modern ini melihat persamaan keadaan bencana yang berlangsung secara rutinitas. Seperti banjir yang ada di Ibukota jakarta. Perlu penanganan yang lebih lanjut jika penanganan sebelumnya gagal. Bukan dengan melakukan penanganan yang berulang-ulang melihat kondisinya selalu berujung gagal.
Untuk menarik simpati para pendengar perlu menyesuaikan waktu dan sasaran. Waktu yang diperlukan untuk mensosialisasikan yaitu dengan menyesuaikan hati pendengar. Biasanya antara jam 8 atau 9 orang-orang mulai melaksanaan rutinitas pekerjaan. Para buruh desa dan petani yang bekerja di lapangan, membutuhkan hiburan sebagai mencairkan suasana dalam bekerja. Untuk menghibur diri biasanya dengan menyalakan radio, sedangkan acara televisi di pagi hari kurang mendapat minat masyarakat. selain itu waktu sore hari menjelang maghrib juga perlu dilakukan. Waktu tersebut adalah waktu orang-orang perkantoran atau pegawai perusahaan pulang kerja dimana kondisi jalan raya padat merayap hingga terjadi kemacetan. Biasanya para pengendara terutama mobil membutuhkan hiburan dari kepenatan. Hal yang dilakukan tidak lain adalah menyalakan radio atau music player dari pada televisi yang dapat mengganggu konsentrasi dalam mengemudi. Ataupun pada malam hari antara jam 9 dan 10 malam. Jika mengambil antara jam 6 sampai 9 malam orang akan lebih memilih televisi sebagai media penghibur daripada radio. Jika waktu sudah lewat dari itu, maka orang yang ronda malam, nongkrong untuk anak muda, atau perkumpuan lainnya membutuhkan media hiburan. Salah satu yang diambil adalah radio.
Sebaiknya dalam menyampaikan cerita dilakukan secara berulang. Supaya tidak membosankan maka dalam satu hari maka terdapat satu episode. Jika dalam satu hari terdapat tiga kali penayangan, maka cukup diulangi saja. Tujuannya supaya penikmat yang tertinggal mengikuti cerita pada waktu pagi hari dapat mendengarkannya pada waktu sore atau malam hari. Untuk seberapa sering penayangan dalam radio, apakah seminggu sekali, 3 kali seminggu atau setiap hari, tu semua tergantung pada hak siar radio penyelenggara. Adanya jadwal yang jelas ayang dipublikasikan akan sangat membantu tercapainya tujuan yang dicanangkan dari awal. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar