Fakta sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi pemuda
dalam konteks sejarah perjuangan bangsa Indonesia ternyata sangat dominan. Hal
itu dapat dilihat dari awal pergerakan nasional yang dimulai dari Budi Utomo.
Eddy Kurniadi (1991) menjelaskan inisiatif gerakan Budi Utomo dilakukan oleh para
pemuda pelajar STOVIA seperti Sutomo, Gunawan Mangkusumo, dll. Tak heran jika
pada moment ini diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional melihat kiprah
dari pemuda sebagai motor penggerak bangsa kala itu. Hal ini juga yang
mempelopori gerakan Sumpah Pemuda 20 tahun kemudian. Gerakan ini adalah gerakan
wujud semangat pemuda dalam menjunjung tinggi nasionalisme dalam diri mereka.
Gerakan pemuda masih terus berlanjut sampai pada era
reformasi. Kita masih ingat dengan gerakan Reformasi 1998 yang dilakukan oleh
pemuda dari berbagai organisasi bercampur dalam satu suara untuk menggulingkan
Presiden Soeharto adalah bentuk kegigihan para kaum muda bangsa Indonesia.
Gerakan pemuda masih terus berlanjut sampai saat ini untuk melawan kebijakan
yang memperberat rakyat walaupun dengan skala yang lebih kecil. Sehingga peran
pemuda dalam dunia politik Indonesia sangatlah penting, tanpa pemuda siapa lagi
yang menggerak kemajuan bangsa, karena merekalah
yang selalu menjadi pilar pengambil inisiatif dalam usaha mempercepat perubahan
masyarakat.
Menilik sejarah betapa mobilitasnya seorang pemuda,
tapi yang mengherankan adalah sangat sedikit bahkan tidak ada pemuda yang
menjabat kursi parlemen. Bahkan di skala pemerintah daerah sangatlah sedikit
jika dibandingkan dengan golongan tua. Nampaknya golongan tua masih
terperangkap dengan simbolik umur sehingga tidak menaruh kepercayaan kepada
kaum muda untuk mengambil bagian dalam kursi pemerintahan. Anak muda dianggap
belum cukup umur dan belum pantas untuk mengendalikan kursi pemerintahan.
Padahal kedewasaan dan kematangan seseorang dilihat dari pengalaman dan
kinerjanya dalam bertindak. Kultur Indonesia memang sulit menerima pemuda
sebagai pemimpin. Banyak partai yang lebih memilih sosok kesenioran sebagai
kandidat yang diusulkan. Yang disayangkan adalah selama
berkiprah di dunia politik tidak ada perubahan yang berarti untuk negara.
Fenomena yang terjadi adalah pemuda hanya sebagai alat
mobilitas politik semata. Pemuda seringkali dimanfaatkan keuntungan partai
besar saja, sehingga gagasan-gagasan yang dimiliki dipaksa mengikuti golongan
tua dan pergerakannya terkurung oleh sistem yang tidak aspiratif dan
akomodatif. Bagaimana bisa melakukan perubahan jika terkepung oleh pemikiran
golongan tua yang tidak mengikuti perubahan. Individu tidak dapat melakukan
perubahan karena kemampuan yang terbatas, maka perlu individu-individu lain
yang seideologi. Sebagian besar partai politik sebagai wadah pengkaderan calon
politisi tidak begitu tertarik dengan sosok anak muda. Partai politik lebih
memilih kader dari pengusaha atau kalangan artis untuk mendongkrak popularitas
parpolnya. Parpol nampaknya lebih meilih politik praktis dengan
mempertimbangkan kepopuleran seseorang dan keuntungan pribadi, sehingga menutup
kualitas anak muda.
Ada sebuah pengalaman teman saya seorang anak muda
berumur kurang lebih 20 tahun yang menjabat salah satu bagian dari pemerintah
daerah. Ketika itu dia menceritakan keresahan dalam birokrasinya. Dia
mengeluhkan tentang kinerja para orang tua yang lamban, stangnan, dan kurang progres.
Dia sering mengerjakan pekerjaan di luar porsi kerjanya. Kebanyakan kerja yang
bukan miliknya alias milik para golongan tua harus dikerjakan secara individu
oleh anak muda itu. Kecekatan dan semangatnya memang dimanfaatkan oleh para
seniornya. Secara spontan dia mengajak saya untuk masuk dalam birokrasinya. Dan
berkata bahwa jika daerah di pimpin oleh para pemuda, dia yakin daerah ini akan
maju. Begitu yakinnya bahwa pemuda sebenarnya mempunyai kualitas yang baik dan
layak dijadikan bagian dari pemerintahan.
Perlu untuk meregenerasi politik. Para politisi yang
memang sudah tua perlu digantikan oleh para anak muda. Sehingga ideologi
politik lama beragsur berubah ke ideologi politik baru menyesuaikan
perkembangan zaman yang dibawa pemuda. Untuk itu perlu pengkaderan pemuda
sedini mungkin untuk menguasai perpolitikan bangsa. Pemuda dilatih untuk terjun
langsung ke lapangan kejadian, sehingga melahrikan rasa empati,
tapi yang muda biasanya untuk diperalat
BalasHapus