1 / 3
belajar satu
2 / 3
belajar 2
3 / 3
Caption Three

Selasa, 24 Januari 2017

ANAK MUDA DAN POLITIK



Fakta sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi pemuda dalam konteks sejarah perjuangan bangsa Indonesia ternyata sangat dominan. Hal itu dapat dilihat dari awal pergerakan nasional yang dimulai dari Budi Utomo. Eddy Kurniadi (1991) menjelaskan inisiatif gerakan Budi Utomo dilakukan oleh para pemuda pelajar STOVIA seperti Sutomo, Gunawan Mangkusumo, dll. Tak heran jika pada moment ini diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional melihat kiprah dari pemuda sebagai motor penggerak bangsa kala itu. Hal ini juga yang mempelopori gerakan Sumpah Pemuda 20 tahun kemudian. Gerakan ini adalah gerakan wujud semangat pemuda dalam menjunjung tinggi nasionalisme dalam diri mereka.
Gerakan pemuda masih terus berlanjut sampai pada era reformasi. Kita masih ingat dengan gerakan Reformasi 1998 yang dilakukan oleh pemuda dari berbagai organisasi bercampur dalam satu suara untuk menggulingkan Presiden Soeharto adalah bentuk kegigihan para kaum muda bangsa Indonesia. Gerakan pemuda masih terus berlanjut sampai saat ini untuk melawan kebijakan yang memperberat rakyat walaupun dengan skala yang lebih kecil. Sehingga peran pemuda dalam dunia politik Indonesia sangatlah penting, tanpa pemuda siapa lagi yang menggerak kemajuan bangsa, karena merekalah yang selalu menjadi pilar pengambil inisiatif dalam usaha mempercepat perubahan masyarakat.

Menilik sejarah betapa mobilitasnya seorang pemuda, tapi yang mengherankan adalah sangat sedikit bahkan tidak ada pemuda yang menjabat kursi parlemen. Bahkan di skala pemerintah daerah sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan golongan tua. Nampaknya golongan tua masih terperangkap dengan simbolik umur sehingga tidak menaruh kepercayaan kepada kaum muda untuk mengambil bagian dalam kursi pemerintahan. Anak muda dianggap belum cukup umur dan belum pantas untuk mengendalikan kursi pemerintahan. Padahal kedewasaan dan kematangan seseorang dilihat dari pengalaman dan kinerjanya dalam bertindak. Kultur Indonesia memang sulit menerima pemuda sebagai pemimpin. Banyak partai yang lebih memilih sosok kesenioran sebagai kandidat yang diusulkan. Yang disayangkan adalah selama berkiprah di dunia politik tidak ada perubahan yang berarti untuk negara.
Fenomena yang terjadi adalah pemuda hanya sebagai alat mobilitas politik semata. Pemuda seringkali dimanfaatkan keuntungan partai besar saja, sehingga gagasan-gagasan yang dimiliki dipaksa mengikuti golongan tua dan pergerakannya terkurung oleh sistem yang tidak aspiratif dan akomodatif. Bagaimana bisa melakukan perubahan jika terkepung oleh pemikiran golongan tua yang tidak mengikuti perubahan. Individu tidak dapat melakukan perubahan karena kemampuan yang terbatas, maka perlu individu-individu lain yang seideologi. Sebagian besar partai politik sebagai wadah pengkaderan calon politisi tidak begitu tertarik dengan sosok anak muda. Partai politik lebih memilih kader dari pengusaha atau kalangan artis untuk mendongkrak popularitas parpolnya. Parpol nampaknya lebih meilih politik praktis dengan mempertimbangkan kepopuleran seseorang dan keuntungan pribadi, sehingga menutup kualitas anak muda.
Ada sebuah pengalaman teman saya seorang anak muda berumur kurang lebih 20 tahun yang menjabat salah satu bagian dari pemerintah daerah. Ketika itu dia menceritakan keresahan dalam birokrasinya. Dia mengeluhkan tentang kinerja para orang tua yang lamban, stangnan, dan kurang progres. Dia sering mengerjakan pekerjaan di luar porsi kerjanya. Kebanyakan kerja yang bukan miliknya alias milik para golongan tua harus dikerjakan secara individu oleh anak muda itu. Kecekatan dan semangatnya memang dimanfaatkan oleh para seniornya. Secara spontan dia mengajak saya untuk masuk dalam birokrasinya. Dan berkata bahwa jika daerah di pimpin oleh para pemuda, dia yakin daerah ini akan maju. Begitu yakinnya bahwa pemuda sebenarnya mempunyai kualitas yang baik dan layak dijadikan bagian dari pemerintahan.
Perlu untuk meregenerasi politik. Para politisi yang memang sudah tua perlu digantikan oleh para anak muda. Sehingga ideologi politik lama beragsur berubah ke ideologi politik baru menyesuaikan perkembangan zaman yang dibawa pemuda. Untuk itu perlu pengkaderan pemuda sedini mungkin untuk menguasai perpolitikan bangsa. Pemuda dilatih untuk terjun langsung ke lapangan kejadian, sehingga melahrikan rasa empati,  


1 komentar: