1 / 3
belajar satu
2 / 3
belajar 2
3 / 3
Caption Three

Rabu, 25 Januari 2017

ROHINGNYA MERANA, ULAMA KEMANA



Kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Cahya Purnama (Ahok) menjadi isu public yang paling gencar diberitakan belakangan ini. Kasus ini bahkan mendapat perhatian dunia khususnya negara-negara islam terebih ketika umat islam melakukan aksi demonstrasi yang terkenal dengan aksi damai 411. Aksi yang dimotori oleh FPI dan beberapa ulama mampu menyedot antusias kaum muslim dari berbagai kalangan untuk bersatu bersama melakukan tuntutan atas kasus Ahok. Adanya kasus besar semacam ini menjadikan berita lain yang juga harus perlu mendapatkan perhatikan yaitu kasus pembantaian muslim Rohingnya di Myanmar tertutup oleh media.
Sudah saatnya ulama dan tokoh penting masyarakat lainnya mengalihkan pandangan mereka ke ranah kepedulian sosial. Muslim Rohingnya sedang mengalami penderitaan atas kejadian pembantaian di Myanmar. Banyak saudara mereka yang menjadi korban keganasan pembantaian. Tidak ada jalan lain selain kabur dari negaranya dan berimingran ke tempat (negara) lain. Salah satu negara yang menjadi tempat sianggah orang Rohingnya adalah di Indonesia. Beberapa media memberitakan bahwa muslim Rohingnya sementara mengungsi di daerah Sumatra bagian utara.
Kasus tersebut saya kira perlu penanganan lebih lanjut sebagaimana kita ketahui kasus tersebut tidak hanya terjadi sekali dua kali saja. Hal itu sudah merupakan perbuatan yang melanggar norma kemanusiaan. Peran tokoh public saya kira membawa dampak besar terhadap penanganan kasus tersebut. Maka perlu kehadiran para ulama dan pergerakan ormas yang mengatasnamakan pembelaan terhadap Islam untuk bersatu menyuarakan pembelaan terhadap penindasan manusia, kebebasan beragama, dan tentu pembelaan terhadap saudara seiman.
Aksi ulama janganlah sekedar ritual doa bersama saja. Perlu aksi real yang menunjukkan kepedulian terhadap mereka. Aksi penanganan langsung ke lokasi pengungsian saya kira penting untuk memberikan spirit untuk para pengungsi, dan membangun kedekatan emosional dengan mereka. Kedekatan emosional yang terbentuk bersama akan melahirkan kepedulian umat. Sehingga tidak hanya kepekaan para ulama terhadap hubungan transendental yang semua terkait dengan Tuhan, namun juga kepekaan sosial terhadap kasus yang menimpa sesama umat.
Semoga saja nanti aksi super damai yang akan dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2016 tidak hanya sekedar mengawal kasus Ahok. Harusnya biarlah kasus Ahok ditindaklanjuti pihak hukum terkait. Sedangkan para ulama dan tokoh agama mengalihkan isu lain yang lebih besar dari sekedar kasus satu orang yang malah memecah dua paham ideologi yang pro dan kontra.
Langkah berdoa dan berdzikir bersama dalam aksi super damai adalah upaya baik untuk meminta pertolongan dari Tuhan. Namun berdoa saja belumlah cukup untuk mengentaskan permasalahan bangsa. Mengapa tidak mencoba melindungi umat Rohingnya yang sedang merana akibat ulah penguasa. Mengapa para ulama tidak ada upaya besar melakukan perlindungan terhadap mereka yang sedang membutuhkan pertolongan. Apakah kasus kemanusiaan hanya sekedar tugas relawan sosial saja. kemana gerakan pembela islam yang kemarin dapat menggerakkan puluhan ribu massa, mengapa tidak ditujukan untuk menggerakkan kepada kepedulian kemanusiaan.
Andaikan ada upaya tuntutan besar dalam aksi super damai 212, yaitu meminta tuntutan kepada pemerintah untuk melindungi kaum Rohingnya. Massa mendesak supaya kasus Rohingnya mendapat pembelaan. Jika hal itu terealisasikan mungkin pemerintah menindaklanjuti dengan mengadakan diplomasi antar negara, seperti adanya musyawarah negara mayoritas muslim dunia atau musyawarah antar negara ASEAN membahas masalah kaum Rohingnya, saya kira atas dasar kemanusiaan mayoritas negara mengecam kasus tersebut.
Itu hanya anganku saja yang pada intinya untuk saat ini membela kaum Rohingnya yang menderita lebih penting daripada membela terhadap kasus Ahok. Karena mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab suci al-Qur’an juga merupakan bagian pembelaan dan penjagaan terhadap agama.
Rohingnya datang kepada kita menandakan mereka membutuhkan bantuan kita. Bantuan yang tidak hanya pada bentuk fisik seperti sandang, pangan, papan, namun juga bantuan psikisnya. Mereka membutuhkan keadilan sebagai manusia yang berkewarganeraan. Kemanakah para elite ulama, bukankah mereka tahu konsep rahmatan lil ‘alamin. Cara yang dilakukan dalam mengaplikasikan konsep rahmatan lil ‘alamin adalah melalui hubungan sosial umat manusia. Apalagi ulama yang mempunyai figur sebagai pemimpin jauh mendekati kedudukannya sebagai khalifah fil ard dibandingkan dengan khalayak lainnya. Semoga ada gerak cepat dari keputusan ulama sebagai jembatan bangsa yang nantinya melahirkan kebijakan yang diambil pemerintah dan kepedulian antar umat manusia tetap terjaga.

24/11/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar