Dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang kita dihadapkan pada penggunaan bahasa yang ambigu yang diucapkan seseorang. Yang disebut bahasa ambigu adalah bahasa yang maknanya mendua, sehingga bisa menimbulkan multi tafsir.
Bahasa seperti ini, biasa dipergunakan oleh orang-orang tua dalam memberikan nasehat pada anaknya. Dengan harapan si anak bisa mengambil makna positif dari bahasa itu. Jadi terkadang malah semacam dijadikan ujian untuk mengetahui kematangan berpikir si anak.
Permasalahannya adalah, tidak semua orang mampu menarik makna yang paling memberdayakan dari penggunaan bahasa semacam ini. Dan ketika ada salah satu anak yang tidak bisa mengambil makna yang positif, cenderung dianggap sebagai kesalahan si anak itu.
Mari kita lihat kisah ini. Saya mendapatkan kisah ini dari seorang teman, yang katanya juga mendapatkan dari orang lain. Jadi siapapun penulis asli dari kisah ini,, saya ucapkan terima kasih. Untuk lebih afdholnya, kisah ini saya gubah sedikit.
PESAN MENJELANG KEMATIAN
Konon dahulu kala ada 2 orang kakak beradik yang sangat menurut pada orang tuanya. Mereka berdua tidak pernah membantah.
Pada suatu ketika, saat menjelang ayahnya meninggal dunia, sebelumnya beliau memberikan pesan dua kalimat :
PERTAMA :
“Jangan pernah engkau menagih hutang, kepada orang yang berhutang kepadamu.”
KEDUA :
“Jangan sampai mukamu terkena sinar matahari, saat kamu berangkat dari rumah ke toko.”
Tepat setelah mengatakan hal itu, si orang tua meninggal.
Untuk memperpendek kisah yang panjang, maka bersamaan dengan waktu yang berjalan terus, ternyata nasib ke dua anak itu berubah.
Si anak yang sulung bertambah kaya, sedangkan yang bungsu menjadi semakin miskin dan bahkan bangkrut.
Keheranan mengetahui hal ini, sang Ibu yang masih hidup menanyakan hal itu kepada mereka.
Ini adalah jawaban dari anak bungsu:
“Saya 100% mengikuti pesan ayah, tanpa banyak cing-cong. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku. Jadi, saat ada yang hutang padaku maka saya tidak pernah menagihnya dan berharap dia membayar sendiri. Ternyata modalku jadi susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sama sekali.”
“Selain itu, saya juga jadi jarang ke toko siang hari, hanya kesana kalau malam hari. Ini juga menurut pesan dari Ayah agar kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya, tidak boleh terkena sinar matahari.”
Ibunya lantas bertanya pada anak yang sulung, dan ini jawabannya:
“Saya menjadi kaya begini, adalah karena saya menaati pesan ayah. Saya tidak pernah menghutangkan uang apapun pada siapapun. Karena ayah melarang saya menagihnya. Jadi dengan demikian modal saya tidak pernah susut.”
Lanjut anak sulung itu: “Sayapun kemudian berangkat ke toko pagi-pagi banget sebelum matahari terbit, dan menutup toko setelah semua toko yang lain sudha tutup. Akibat kebiasaan itu, orang menjadi tahu toko saya, dan menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama.”
Wow,
Jadi ternyata pesan si ayahanda yang menggunakan bahasa ambigu itu telah diterjemahkan secara berbeda oleh si anak.
KEKUATAN BAHASA AMBIGU
Dari kisah di atas, jika bahasa ambigu dimaknakan secara positif maka menjadi kekuatan yang menginspirasi. Namun harus dipastikan bahwa proses penerjemahan yang dilakukan si pendengar terkontrol arahnya ke makna positif.
Untungnya di NLP ada sebuah ilmu linguistik yang disebut sebagai Pola Bahasa Milton Model, yang merupakan senjata linguistik untuk berbahasa ambigu secara terarah. Kalimat yang dipergunakan bisa mengarahkan proses inspirasi yang diharapkan sehingga tidak liar dan merugikan.
Ilmu ini dikembangkan oleh pencipta NLP, saat mereka melakukan proses modeling kepada Bapak Hipnosis Modern, yakni Milton Erickson.
MENANGANI BAHASA AMBIGU
Sisi sebaliknya tadi, bahasa ambigu bisa menyebabkan kesalahpahaman interpretasi dari pendengarnya. Belum tentu ini karena kebodohan si pendengar. Bisa jadi memang “model-dunia” mereka berbed, jadi suatu kata akan memicu pengertian yang berbeda bagi pendengar dan komunikator itu.
Di sini, diperlukan suatu alat untuk mengklarifikasi ambiguitas ini secara efektif. Dengan demikian makna kata yang diucapkan bisa menjadi presisi, dan pendengar terhindar dari salah paham yang tidak perlu.
Lagi-lagi, untungnya di NLP ada iilmu linguistik yang disebut sebagai Pola Bahasa Meta Model. Yakni seperangkat pola bahasa yang sangat efektif dipakai untuk mengklarifikasi makna dari suatu pembicaraan yang tidak jelas alias ambigu.
Pola bahasa ini memiliki manfaat yang beraga,, mulai dari alat klarifikasi komunikasi, menggali informasi yang belum jelas, melakukan proses probing, bahkan bisa dipakai untuk menguji pendapat seseorang.
SUMBER: belajarnlp.com
REPOST BY:
Banten Entrepreneur (PUSAT)
Bantenentrepreneur.com
Personal:
https://www.facebook.com/idzainalmutakin/
https://zainalmutakin.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar