Ketika dakwah di Mekah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dijatuhkan karakternnya, agar masyarakat yang belum kenal, menjauh dari beliau. Beliau disebut tukang sihir, penyair, orang gila, dan seabreg gelar lainnya.
Tersebutlah seorang ahli ruqyah zaman Jahiliyah, Dhimad al-Azdi [arab: ضِمَاد الأزدى]. Berasal dari suku Azd Syanu’ah di Yaman. Dia biasa meruqyah orang gila atau kesurupan.
Ketika tiba di Mekah, dia mendengar orang-orang Mekah mengatakan, “Sesungguhnya Muhammad itu majnun (gila).”
Dhimad bergumam,
لو إني أتيت هذا الرجل لعل الله يشفيه على يدى
“Bagaimana kalau aku datangi orang ini. semoga Allah menyembuhkannya melalui tanganku.”
Setelah ketemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia menawarkan,
يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَرْقِي مِنْ هَذِهِ الرِّيحِ، وَإِنَّ اللهَ يَشْفِي عَلَى يَدِي مَنْ شَاءَ، فَهَلْ لَكَ؟
”Hai Muhammad, saya biasa mengobati sakit jiwa. Dan Allah menyembuhkan siapa saja yang Dia kehendaki melalui tanganku. Apa kamu bersedia?”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapinya dengan mengatakan,
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَمَّا بَعْدُ
Mendengar kalimat ini pertama kalinya, Dhimad keheranan.
”Tolong ulangi semua ucapanmu tadi!” pinta Dhimad.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulanginya 3 kali.
Komentar Dhimad,
لَقَدْ سَمِعْتُ قَوْلَ الْكَهَنَةِ، وَقَوْلَ السَّحَرَةِ، وَقَوْلَ الشُّعَرَاءِ، فَمَا سَمِعْتُ مِثْلَ كَلِمَاتِكَ هَؤُلَاءِ، وَلَقَدْ بَلَغْنَ نَاعُوسَ الْبَحْرِ، هات يدك أبايعك على الإسلام
”Sungguh aku telah mendengar ucapan dukun, ucapan tukang sihir, dan penyair, dan saya belum pernah mendengar seperti ucapanmu tadi. Sungguh untaian kalimatmu mencapai kedalaman lautan. Berikan tanganmu, kubaiat kamu bahwa aku masuk islam.” (HR. Muslim no. 868).
Umumnya dakwah kebenaran ditentang para musuhnya dengan dijatuhkan karakternya. Mereka tidak mampu mengkritik konten dakwahnya, karena konten dakwah kebenaran jelas sesuai fitrah manusia. Tidak ada orang musyrik yang bisa mengkritik konten dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena nurani mereka mengakui kebenarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar