1 / 3
belajar satu
2 / 3
belajar 2
3 / 3
Caption Three

Minggu, 26 Februari 2017

PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR SEBAGAI MOTIVASI PESERTA DIDIK DI SDIT LUKMAN AL-HAKIM INTERNASIONAL YOGYAKARTA

PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR SEBAGAI MOTIVASI PESERTA DIDIK DI SDIT LUKMAN AL-HAKIM INTERNASIONAL YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Belajar pada hakekatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan, yang mana lingkungan memberikan rangsangan terhadap individu dan individu memberikan respon terhadap lingkungan. Pada dasarnya pola pikir peserta didik sekolah dasar adalah masa berkembangnya anak untuk menerima segala rangsangan yang diberikan oleh lingkungan. Dengan demikian, lingkungan merupakan unsur sejumlah rangsangan yang perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh.
Pada dasarnya pengelolaan lingkungan belajar merupakan tempat sebagai proses belajar peserta didik. Salah satu aspek penting keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah kondisi lingkungan yang sesuai atau mendukung dan melancarkan proses belajar mengajar. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sekolah wajib memberikan pengelolaan lingkungan yang baik terhadap peserta didik, karena peserta didik akan lebih tertarik dan termotivasi untuk mendatangi tempat tersebut ketika pengelolaan lingkungan belajar efektif dan kondusif. Salah satu pengelolaan lingkungan belajar tersebut seperti, kantin, perpustakaan, lapangan, bengkel belajar, laboraturium dll.
Adapun tujuan dari pengelolaan lingkungan belajar yaitu, mewujudkan situasi yang kondusif untuk memfasilitasi perkembangan dan belajar anak secara maksimal sesuai dengan kebutuhan intelektual, fisik motorik, dan sosio emosi anak, serta untuk menghilangkan hambatan yang akan mengganggu perkembangan dan efektivitas belajar anak. Untuk itu perlu adanya peran guru sebagai pengelola lingkungan belajar supaya peserta didik termotivasi untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Karena tersediannya fasilitas akan memberi kesempatan yang luas bagi anak untuk belajar dengan leluasa dan memberikan banyak pilihan bagi anak untuk menggunakan perlengkapan yang tersedia di lingkungan belajar.
Pengelolaan lingkungan belajar yang baik tidak hanya menghasilkan output prestasi belajar peserta didik saja, tetapi juga dapat menghasilkan peserta didik yang mempunyai multiple intelligences, yang dalam bahasa Indonesia bisa disebut dengan kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda, yaitu motivasi bersosialisasi, motivasi berwira usaha, dan dapat juga sebagai motivasi berolahraga dll. Seperti halnya kantin tidak hanya untuk jajan peserta didik, melainkan kantin tersebut dapat juga sebagai tempat berwira usaha peserta didik, jadi peserta didik belajar bagaimana melayani pembeli dan menghitung uang kembalian dengan benar.
Dengan berkembangnya konsep multiple intelligences tersebut menjadikan pendidik lebih memahami perbedaan, karena peserta didik memiliki kepribadian, pengalaman, tujuan, dan kondisi yang beragam. Maka peserta didik akan merasa lebih diterima dan dilayani. Konsep ini "menghapus" mitos anak cerdas dan anak tidak cerdas, karena menurut konsep ini, semua anak hakekatnya cerdas. Hanya saja konsep cerdas itu perlu diredefinisi dengan landasan baru.
Menurut Gardner idealitas sekolah dilihat dari setiap siswa merasa bahwa kecerdasannya diakui dan dimana mereka ditempatkan pada posisi untuk menggunakan kecerdasanya. Dalam artian, idelitas sekolah mampu memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan peserta didik untuk mengembangkan ketrampilannya, karena aktivitas yang menjangkau sebanyak mungkin jenis kecerdasannya akan meningkatkan kesadaran peserta didik. Maka dari itu sarana dan prasarana berperan penting untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan peserta didik. Oleh sebab itu sekolah wajib menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang untuk proses pembelajaran.
Dalam UUD No 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada BAB VII pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa : (1) setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabotan, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboraturium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat ibadah, tempat bermain, tempat berrekreasi, dan ruang/tempat lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Salah satu permasalahan mutu pendidikan di Indonesia adalah masih banyak sekolah-sekolah yang memprihatinkan, dikarenakan kurangnya kepedulian sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah yang diterima sebagai bantuan baik dari pemerintah maupun masyarakat yang tidak optimal penggunaannya dan bahkan tidak dapat lagi digunakan sesuai dengan fungsinya. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya kepedulian terhadap sarana dan prasarana serta tidak adanya pengelolaan lingkungan belajar yang memadai.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan motivasi peserta didik hendaknya lingkungan didesain sebaik mungkin. Ruang kelas ditata dengan rapih, Seperti, hiasan dengan tanaman, dan jika diperlukan, menyesuaikan temperatur dan memperbaiki pencahayaan, jam dinding, Jendela-jendela dilap dan dinding-dinding dihiasi dengan poster poster yang indah dan tulisan-tulisan yang bermakna positif serta penampilan guru/ seragam guru yang sopan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Salah satu lembaga pendidikan yang telah menerapkan lingkungan belajar yang efisien dan kondusif kepada peserta didik sejak dini yakni SDIT Luqman al-Hakim Internasional Yogyakarta. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengelolaan lingkungan belajar sebagai motivasi peserta didik di SDIT Lukman Al-Hakim Internasional Yogyakarta. Alasan penulis memilih SDIT sebagai subyek penelitian ialah karena SDIT Lukman Al-Hakim Internasional Yogyakarta termasuk sekolah dasar yang sudah memiliki fasilitas-fasilitas yang cukup memadai di banding sekolah dasar yang ada diseluruh Yogyakarta.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yakni :
Bagaimana usaha sekolah untuk membentuk motivasi peserta didik ditinjau dari proses pengelolaan lingkungan belajar di SDIT Lukman Al-Hakim Internasional ?
Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengelola lingkungan belajar di SDIT Lukman Al-Hakim Internasional Yogyakarta ?
Bagaimana mengoptimalkan sarana dan prasarana sebagai motivasi peserta didik di SDIT Lukman Al-Hakim Internasional?
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Mengetahui usaha yang dilakukan sekolah untuk membentuk motivasi peserta didik ditinjau dari proses pengelolaan lingkungan belajar di SDIT Lukman Al-Hakim Internasional
Mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengelolaan lingkungan belajar di SDIT Lukman Al-Hakim Internasional Yogyakarta.
Mengetahui bagaimana mengoptimalkan sarana dan prasarana sebagai motivasi peserta didik di SDIT Lukman Al-Hakim Internasional.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai referensi untuk melakukan kajian lebih lanjut.
Bagi orang tua murid, sebagai motivasi untuk mendukung terciptanya lingkungan belajar yang kondusif.
Bagi sekolah, khususnya warga madrasah meliputi kepala sekolah, guru, karyawan dan peserta didik sebagai motivasi untuk semakin mengoptimalkan pengelolaan lingkungan belajar di SDIT Lukman al-Hakim Internasional Yogyakarta.
Bagi kepala sekolah, sebagai motivasi untuk terus meningkatkan pengelolaan lingkungan belajar di sekolah yang di pimpinnya.
Bagi guru, sebagai acuan untuk mengintegrasikan pengelolaan lingkungan belajar dalam materi pembelajaran.
Sebagai bahan informasi bagi para peneliti yang berkeinginan untuk mempelajari serta mendalami ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Bagi peneliti, sebagai ajang latian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan mendalami wawasan untuk menjadi seorang pendidik.
Telaah Pustaka


BAB III


Jenis Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yakni jenis penelitian lapangan yang bisa disebut "field research". Yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dengan pihak yang terkait atau yang dapat diamati. Bersifat deskriptif kualitatif yaitu prosedur pemecahan masalah dislidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Penentuan Subjek dan Objek Penelitian
Hadari Nawawi dalam bukunya yang berjudul "Metode Penelitian Bidang Sosial" menjelasakn bahwasanya subyek penelitian adalah sumber utama data penelitian yaitu memiliki data mengenai variable-variable yang diteliti. Dengan kata lain, subyek penelitian dapat juga disebut sebagai narasumber. Narasumber yang dijadikan sample penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling artinya penelitian yang mengambil sampel sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, tidak menekankan pada jumlah atau keterwakilan, tetapi lebih kepada kualitas informasi dan juga kekayaan informasi yang dimiliki. Artinya, bahwa narasumber yang diambil adalah orang yang benar-benar mengetahui serta berperan dalam pengelolaan lingkungan belajar sebagai motivasi peserta didik di SDIT Lukman Al-Hakim Internasional Yogyakarta.
Dalam penelitian ini pihak-pihak yang dijadikan sumber adalah:
Kepala Sekolah
Guru yang bersangkutan dalam pengelolaan lingkungan belajar

Teknik Pengumpulan Data
Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang cukup handal, karena peneliti dapat secara langsung melihat suatu kegiatan secara rinci, dengan mengamati peneliti juga dapat melihat setting lingkungan yang ada di mana terjadinya kegiatan. Namun tidak semua diamati oleh peneliti, hanya hal-hal yang terkait atau yang relevan dengan data yang dibutuhkan.
Wawancara (interview)
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
Teknik wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai pengelolaan lingkungan belajar sebagai motivasi peserta didik. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari kepala sekolah, guru, dan pihak lainnya yang terlibat dalam proses pengelolaan lingkungan belajar sebagai motivasi peserta didik di SDIT Lukman Al-Hakim Internasional Yogyakarta.
Dokumentasi
Dokumen merupakan rekaman kejadian yang ditulis atau dicetak dapat berupa anekdot, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen lainnya yang menyangkut dengan proses pencapaian pengelolaan lingkungan belajar sebagai motivasi peserta didik di SDIT Lukman Al-Hakim Internasional Yogyakarta.
Metode ini digunakan untuk melengkapi data-data yang bersifat dokumenter, misalnya data tentang jumlah siswa, guru, karyawan, struktur organisasi, sarana dan prasarana, letak dan geografis SDIT Lukman Al-Hakim Internasional Yogyakarta serta pelaksanaan dalam proses pengelolaan lingkungan belajar sebagai motivasi peserta didik.
Teknik Analisa Data
Untuk menganalisis data, penulis menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembandingan terhadap data itu. Data akan diperoleh dari beberapa sumber melalui, pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.
Menurut Miles dan Huberman, untuk memperoleh analisa data dibagi menjadi tiga proses, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Setelah itu penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah dupahami. Dan yang terakhir yaitu menarik kesimpulan atau verifikasi.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibuat oleh peneliti agar mempermudah dalam membaca dan mudah dipahami sebagai gambaran umum laporan penelitian. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian.
Bab kedua berisi kajian teori tentang pengelolaan lingkungan, motivasi peserta didik dan pengelolaan lingkungan belajar sebagai motivasi peserta didik.
Bab tiga berisi uraian tentang pendekatan penelitian, jenis penelitian, sumber penelitian, pengumpulan data, instrument penelitian, teknik penentuan validitas dan keabsahan data, dan teknik analisa data.
Bab empat berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang pengelolaan Lingkungan Sekolah sebagai Sarana untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Anak di SDIT Luqman Al-Hakim Internasional Yogyakarta.
Bab lima berisi bagian penutup terdiri atas kesimpulan dan saran-saran.


Daftar Pustaka


Ahmad Usturi, http://www.academia.edu/8745012/MULTIPLE_INTELLIGENCES_dan_Implikasinya_dalam_Pendidikan, diakses 3 feb 2015, jam 03:20:32 GMT.
Andi, Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Danim Sudarwan, Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Alfabeta, 2010
Deddy, Mulyadi, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001.
Fatimah, Siti, Hubungan antara Lingkungan Belajar dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas V di MI Ma’arif Darul Huda Sukoharjo Ngaglik Sleman, Skripsi mahasisi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.
Hamruni, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Insan Madani, 2012.
Julia, Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences,(Bandung:Nuansa Cendekian, 2007),
Lexi, J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993.
M. Ngalim,Purwanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1990.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000.
Offset, 2013
Perturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Sarana dan Prasarana
Rita Mariana, Ali Nugraha, Yeni Rachmawati, Pengelolaan Lingkungan Belajar, Jakarta: Prenada Media Grup, 2010.
Saiful Bahri Djahmarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Septianingrum, Astri, Pemanfaatan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar PAI dalam Peningkatan Social Skill Peserta Didik SD Alam Harapan Kita Kab. Klaten, Skripsi mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Sondang, P,Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004.
Sutirna, Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik, Yogyakarta: CV Andi
Sutrisno, Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1993.
Triwiyanto, Teguh, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.
Uhar, Suharsaputra, Metode Penelitian, Bandung: PT Refika Aditama, 2012.
Ulfah, Siti, Efektifitas Pemanfaatan Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ciri-Ciri Makhluk Hidup pada Siswa Kelas VII MTsN Susukan Kabupaten Semarang, jurusan Tadris Mipa, Skripsi mahasiswi Fakultas Tarbiyah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005.
Uno, Hamzah, B., Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisa di Bidang Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.
Wasty, Suemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar